Connect with us

News

Catatan Yal Aziz: Alasan Kenapa Saya Pilih Em-des di Pilwako Padang

Catatan Yal Aziz: Alasan Kenapa Saya Pilih Em-des di Pilwako Padang

[ad_1]

PROSES pemilihan walikota Padang boleh dikatakan tinggal menghitung hari. Masyarakat Kota Padang hanya punya dua pilihan, mau pilih pasangang Emzalmi-Desri Ayunda atau Mahyeldi-Hendri Sapta.

Sebagai seorang wartawan, banyak juga yang bertanya kepada saya. Maksudnya, di Pilwako Padang ini saya mau pilih siapa? Lantas tanpa tedeng aling-aling, dengan tegas saya jawab, saya pilih pasangan Emzalmi-Desri Ayunda. 

Sebagai wartawan dan juga warga Kota Padang, tentu saya punya alasan dan argumentasi, kenapa milih pasangan Emdes..

Yang pertama, saya sudah kenal Da Emzalmi, tahun 2001 lalu. Waktu itu saya berkesempatan mengikuti rombongan anggota DPRD Kota Padang pergi reses ke Kota Maskasar dan Kabupaten Goa. Jadi, di kota angin mamiri itulah saya berkenalan dengan Da Emzalmi yang waktu itu mewakili Walikota Padang.   

Jujur sebelumnya saya tak kenal dengan Da Emzalmi. Soalnya, saya memulai karier sebagai wartawan di Kota Palembang, dan Jakarta di Kompas Gramedia Grup. Jadi wajar saja kalau saya tak kenal dengan Da Emzalmi yang sudah malang melintang di birokrasi Kota Padang.

Dari perkenalan tersebut, ada hal menarik yang tak bisa saya lupakan saat berkenalan dengan Da Emzalmi tersebut. Waktu itu saya, secara kebetulan tegak berdiri di pintu mau masuk  aula pertemuan. Waktu itu saya memang sengaja tegak-tegak di pintu mau masuk tersebut, karena dalam ruangan tak boleh merokok dan sementara saya perokok berat.

Waktu sedang asyik merokok itu, datanglah Da Emzalmi yang mau masuk ruangan acara. Waktu itu saya keget karena secara spontan Emzalmi memanggil nama saya, Yal tanpa embel-embel sebutan bapak. 

Spontan saya juga memanggilnya dengan panggilan Uda panggilan keakraban orang Padang atau orang Minang. “Uda habis acara ko, sorenya kembali ke Padang dan Yal bilo baliak,” kata Emzalmi waktu itu.

Kemudian saya katakan kalau saya pulang melalui laut dengan kapal laut Lambelu. Alasan saya waktu itu ingin mencoba berlayar dari Ujung Pandang ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan dari Surabaya naik kereta api ke Jakarta dan dari Jakarta naik Bus ANS ke Kota Padang. Alasan saya ingin menikmati perjalanan, sambil berwisata. 

Setelah di Kota Padang, saya berkunjung ke Dinas Tata Kota yang waktu Da Emzalmi kepala dinasnya. Semua pertanyaan tentang plening Kota Padang, di jawab Emzalmi sambil bercerita mulai dari A sampai Z tentang rencana pengembangan dan pembangunan Kota Padang ke depannya. 

Kemudian, begitu Da Emzalmi menjadi Kepala Bappeda Kota Padang, saya pun berkunjung ke kantornya dan kami kembali bercerita tentang pembangunan Kota Padang kedepan. Apa yang disampaikannya tersebut, kini telah terlihat nyata dan kian membuat Kota Padang tertata dengan baik, sesuai plening yang dirancangnya. Bahkan waktu itu, mantan Kakanwil PU yang waktu itu dijabat Sabri Zakaria yang banyak punya kenangan di Kota Padang dan Sumatera Barat, menyebutkan dirinya sangat senang berkomunikasi dengan Emzalmi yang memang punya latar belakang seorang insinyur.

Jadi, kalau kita berbicara tentang tata kota dan pembangunan Kota Padang, Emzalmi bisa dikatakan telah berbuat sesuai dengan keahlihan dan kemampuannya. 

Kemudian yang membuat saya salut dan Bangga dengan Emzalmi, pengalamannya di birokrasi untuk Kota Padang tak ada lawannya, apalagi di Era Kepemimin Fauzai Bahar-Mahyeldi, da Emzalmi menjadi sekda Kota Padang dan kemudian menjadi Wakil Walikota mendampingi Mahyeldi.

Jadi dari sisi pengalaman dan pengetahuan, dan pengabdiannya, boleh diatakan  Emzalmi tak ada tandingannya dan bisa dikatakan the best lah.

Kini untuk maju sebagai calon walikota Emzalmi maju berpangan dengan Desri Ayunda, yang telah punya pengetahuan dan pengalaman segudang tentang ekonomi kerakyatan. Ditambah lagi Desri Ayunda serjana ekonomi Universitas Andalas yang telah malang melintang di perusahaan PT Semen Padang.  

Jadi, alasan saya memilih pasangan Emzalmi-Desri Ayunda lebih kepada kemampuan keduanya dan bukan berdasarkan pertimbangan politik dan sentris. (Penulis wartawan tabloidbijak.com dan padangpos.com) 



[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer