Connect with us

Padang

Didampingi Unand, Payo Akan Kembangkan Jeruk Dan Konservasi Bunga Bangkai – siarminang.net

Didampingi Unand, Payo Akan Kembangkan Jeruk Dan Konservasi Bunga Bangkai – Beritasumbar.com

[ad_1]

Padang,siarminang.net,- Pandemi Covid19 yang terjadi di akhir tahun 2019 telah menyebabkan berbagai masalah baik di sektor kesehatan, sosial, pendidikan, ekonomi, pariwisata dan banyak sektor lainnya. Hingga saat ini lebih dari 75.5 juta orang telah terinfeksi dengan total kematian 1.6 juta jiwa diseluruh dunia. Krisis dan resesi akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi tidak kunjung mengalami peningkatan.

Pariwisata menjadi sektor terdampak cukup besar di Sumatera Barat. Dimana beberapa kawasan wisata mengalami penurunan kunjungan wisatawan. Keadaan ini mungkin akan tetap bertahan hingga pandemi covid19 berakhir.

Berbagai upaya harus dilakukan agar laju ekonomi dapat terus berjalan. Pengembangan keunggulan potensi wilayah di Sumatera Barat dapat menjadi salah satu solusi perbaikan perekonomian di masa yang akan datang. Kawasan-kawasan wisata harus dipersiapkan sebaik mungkin agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Bentang alam Sumatera Barat yang bervariasi mulai dari pesisir, lembah,  perbukitan dan pergunungan menyimpan potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata/agroekowisata

Pengembangan kawasan agroekowisata akan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui alternatif sumber penghasilan yang beragam. Selain sebagai wahana rekreasi, kawasan agroekowisata akan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat khususnya pelajar. Beberapa kawasan yang mungkin dapat dikembangkan untuk agroekowisata misalnya Geopark Harau, Mandeh, Lembah Anai, Payo dan lainnya.

Pengelolaan kombinasi antara wisata dengan konsep ekologi dan pertanian akan meningkatkan nilai jual kawasan tersebut. Beberapa daerah di Indonesia telah mengkonsep agroekowisata dengan sangat baik, misalnya melalui budidaya tanaman buah di lokasi wisata.

Sejak tahun 2019 Fakultas Pertanian Universitas Andalas telah melakukan kajian tentang tingkat kesesuaian lahan dan kondisi lingkungan untuk budidaya tanaman Jeruk di daerah Payo Kota Solok.

Profesor Zulfadly Syarif yang merupakan guru besar bidang tanaman hortikultura Faperta Universitas Andalas mengatakan dahulu Solok ini terkenal dengan Limau (jeruk) Kacang yang banyak dibudidayakan di daerah Kacang dekat pinggir Danau Singkarak. Namun sangat disayangkan, saat ini keberadaan limau kacang sangat sulit untuk ditemukan karena tidak dibudidayakan lagi.

“Umumnya jeruk yang ada di Kota Solok sekarang berasal dari Kabupaten lain di Sumatera Barat (50 Kota dan Pasaman) serta dari Berastagi Sumateta Utara “, Ujar beliau.

Hasil kajian tim peneliti Faperta Unand bersama dengan Balitbang Kota Solok mengatakan bahwa kondisi curah hujan, suhu dan ketinggian tempat sangat mendukung untuk pertumbuhan tananam jeruk, namun tingkat kesuburan tanah di Payo cenderung rendah pada beberapa jenis unsur hara. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan kesuburan tanah melalui pemberian bahan organik, pemupukan, dan aplikasi Amelioran sebagai bahan pemantap tanah serta kultur teknis lainnya.

“Tanaman Jeruk berpotensi besar untuk dikembangan di Payo. Satu hektar lahan bisa ditanam lebih 300 pohon tergantung jarak tanamnya.  Jika satu pohon menghasilkan buah 20-40 kg buah/pohon/tahun sudah dapat dibayangkan berapa keuntungan dan penghasilan yang diperoleh masyarakat. Hasil panen jeruk selain dapat dijual secara langsung  ke pusat perbelanjaan juga menjadi objek alternatif di Payo melalui wisata petik buah” , ungkap Prof Zulfadly yang kerap juga disapa bang Del.

Selain melakukan pembuatan demplot tanaman jeruk, tim Faperta Unand juga mengajak masyarakat Payo melakukan Konservasi Bunga Bangkai dalam rangka pelestarian sekaligus pengembangan ekowisata untuk menambah objek alternatif di Payo.

Bunga bangkai spesies Amorphophallus titanum merupakan tumbuhan endemik yang hanya ditemukan di Indonesia. Spesies ini ditemukan pertama kali oleh Ilmuwan asal Italia bernama Odoardo Becchari pada tahun 1878 di kawasan hutan Lembah Anai Provinsi Sumatera Barat. Redlist IUCN (International Union for Conservation of Nature) tahun  2020 melaporkan populasi bunga bangkai mengalami penurunan dan diduga hanya tersisa sekitar 71 – 999.303 pohon dengan daerah penyebarannya di Pulau Sumatera. Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, dilaporkan bunga bangkai termasuk ke dalam flora yang dilindungi karena rentan terhadap kepunahan

Saat ini kami sedang menjajaki kerjasama dengan pemerintah Kelurahan Tanah Garam untuk membangun areal konservasi bunga bangkai dikawasan agrowisata Payo di Kota Solok. Untuk tahap awal kami akan memberikan 100 bibit bunga bangkai untuk ditanam di Payo”, Ungkap Dr. Yusniwati salah seorang dosen di Faperta Unand

“Pengembangan kawasan konservasi yang dipadukan dengan konsep Agroekowisata tidak hanya bertujuan untuk melestarikan bunga bangkai, namun juga menjadi sarana edukasi untuk masyarakat, pelajar, mahasiswa dan peneliti, menambah spot wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Sangat disayangkan jika kita tidak berfikir untuk menjadikan Bunga Bangkai sebagai icon unik Sumatera Barat mengingat Spesies ini pertama kali ditemukan di Sumatera Barat. Jika Bengkulu terkenal dengan Rafflesia arnoldii nya, lantas kenapa kita Sumatera Barat tidak “membranding” Bunga Bangkai ini sebagai icon daerah?”,Ujar beliau

Tim Fakultas Pertanian Unand bersama dengan pemerintahan Kelurahan Tanah Garam Payo telah sepakat untuk bersama-sama membangun kawasan agroekowisata berbasis tanaman jeruk dan bunga bangkai untuk menambah spot wisata baru.

“Kami sangat senang dan terbuka dengan program demplot jeruk dan Konservasi Bunga Bangkai yang digagas oleh Faperta Unand melalui “Program Membantu Nagari Membangun” ini. Semoga Program ini dapat terlaksana dengan baik dan berkesinambungan”, ungkap Bapak Asril, SE selaku Lurah Kelurahan Tanah Garam.

“Kami siap menerima program apapun dari Universitas Andalas yang berkaitan dengan pengembangan kawasan agrowisata di Payo,  kami dan masyarakat berharap program ini memberikan angin segar untuk kemajuan kawasan agrowisata dan pendapatan masyarakat di Payo”, tambah beliau.

Oleh : Ryan Budi Setiawan SP M.Si
(Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas)
HP: 082171993486

[ad_2]

Sumber

kesehatan

Edukasi PHBS dan Pendirian Poskestren di Pondok Pesantren Batang Kabung Padang – siarminang.net

Edukasi PHBS dan Pendirian Poskestren di Pondok Pesantren Batang Kabung Padang – Beritasumbar.com

[ad_1]

Penulis: Sovia Susianty
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam yang berbasis masyarakat. Pada umumnya kondisi kesehatan di lingkungan pondok pesantren masih memerlukan perhatian yaitu akses pelayanan kesehatan, berperilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya. Data Kementerian Kesehatan tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah populasi di Indonesia yang menderita penyakit kulit (scabies) masih sangat tinggi, yaitu 4,60 – 12,95%, dan tertinggi ditemukan di lingkungan pondok pesantren.

Perilaku santri dan kepadatan penghuni pada kamar santri sebagai faktor yang paling mempengaruhi kejadian penyakit Skabies di pondok pesantren. Saat ini, kehidupan di pondok pesantren menjadi sangat rentan terhadap penularan kasus Covid-19 mengingat jumlah santri yang sangat banyak di satu lokasi. Bila satu orang menderita Covid-19 maka penularannya akan sangat cepat.

Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PPMTI) Batang kabung merupakan pondok pesantren yang berada di kecamatan Koto Tangah Kota Padang dengan jumlah santri kurang lebih 500 orang. Dari segi bangunan, sebagian asrama belum bersifat permanen yaitu Asrama santri pria (terbuat dari bambu) yang biasa disebut pondok, apalagi dalam 2 tahun terakhir terdapat penambahan jumlah santri. 

Hal ini membuat hunian kamar lebih padat sehingga tidak dapat dihindari pemakaian barang pribadi secara bersama, yang akan mengakibatkan peningkatan masalah kulit dan penyakit akibat lingkungan yang tidak bersih. Untuk itu, tim dosen dari Fakultas Keperawatan yang terdiri dari Ns. Sovia Susianty, M.Kep , Ns. Fitri Mailani, M.Kep,  Ns. Bunga Permata Wenny, M.Kep, melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yaitu : Edukasi PHBS dilingkungan pesantren dan pendirian poskestren di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Batang Kabung Padang Kecamatan Koto Tangah.

Pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan, diantaranya diskusi dengan pimpinan dan Ustadz pembina, edukasi santri, pemberian bantuan sarana kebersihan seperti perlengkapan mandi untuk 33 orang santri, tong sampah besar (dustbin) sebagai sarana untuk menjaga kebersihan pondok pesantren. Selain itu, untuk mengoptimalkan poskestren diberikan bantuan berupa : Tensimeter digital, Termometer digital, obat bebas sederhana dan set perawatan luka. masker.

Kegiatan ini dilaksanakan pada senin, tanggal 24 Agustus 2021 dengan memberikan edukasi PHBS dilingkungan pondok pesantren serta cara mencuci tangan yang benar dalam rangka pencegahan Covid 19.  Sebanyak 33 orang santriwan/santriwati pada tingkat madrasah dilibatkan dalam kegiatan ini yang nantinya akan menjadi duta Santri Sehat Ceria “SaTRia”. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Sekolah Madrasah Tarbiyah Islamiyah yaitu Irwanto, S.Pd.I serta Ustadz /Ustadzah Pembina Pondok Pesantren.

Selain edukasi terhadap santri, Ustadz Pembina asrama juga diajarkan tentang penggunaan tensimeter digital, termometer digital serta cara perawatan luka sederhana sehingga diharapkan pertolongan pertama bisa dilakukan oleh ustadz pembina asrama.dan pemberdayaan penghuni pesantren dapat meningkatkan derajat kesehatan wargan pondok pesantren.  

Pada kegiatan ini, tim dosen juga menyusun booklet tentang PHBS serta buku saku penanganan masalah kesehatan sederhana, seperti pencegahan dan penatalaksanaan penyakit kulit (Scabies), penanganan dismenore secara farmakologis dan non farmakologis. Setelah dilakukan edukasi PHBS, didapatkan 80% dari santriwan/santriwati mengetahui bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat yang harus diterapkan dilingkungan pondok pesantren, 95% santri bisa mempraktekan cara mencuci tangan yang benar. Kegiatan ini sangat disambut baik oleh pondok pesantren baik pimpinan, ustazah, dan para santri dan berharap ada keberlanjutan dari kegiatan pengabdian ini untuk tahun-tahun berikutnya.

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Padang

Majelis Pertimbangan Kelitbangan Sumbar Rekomendasikan Pembatalan TdS 2021 – siarminang.net

Majelis Pertimbangan Kelitbangan Sumbar Rekomendasikan Pembatalan TdS 2021 – Beritasumbar.com

[ad_1]

Padang,siarminang.net,_ Dalam upaya menggerakkan sektor UMKM dan pariwisata, anggaran pelaksanaan iven balap sepeda Tour de Singkarak (TdS) 2021 sebesar Rp4.9 Miliar, akan jauh lebih bermanfaat dan dirasakan masyarakat jika dialihkan untuk penanganan Covid-19 atau subsidi kepada pelaku UMKM terutama UMKM penunjang pariwisata yang terdampak pandemi atau kegiatan promosi pariwisata lainnya yang lebih memungkinkan.

Hal tersebut merupakan salah satu rekomendasi yang disampaikan
Koordinator Tenaga Ahli Majelis Pertimbangan Kelitbangan Sumatera Barat (Sumbar), Musliar Kasim, kepada Gubernur Mahyeldi, terkait rencana penyelenggaraan iven balap sepeda internasional, Tour de Singkarak (TdS) tahun 2021, di Gubernuran Sumbar, Jl. Sudirman, Padang, Jumat (27/8/2021).

Rekomendasi tersebut berdasarkan pertimbangan masih tingginya jumlah penyebaran dan masyarakat yang terpapar virus COVID-19 di Sumbar dengan positive rate 12,94 persen, dan 85.130 kasus positif (https://corona.sumbarprov.go.id/25 Agustus 2021).

Selain itu, disebabkan masih rendahnya tingkat vaksinasi di Sumbar dalam membentuk herd immunity, sementara potensi yang tinggi dari event TdS 2021 dalam menimbulkan kerumunan maupun diabaikannya protokol kesehatan yang berpotensi menciptakan klaster baru dan menghambat upaya penanganan pandemi.

Hingga 25 Agustus 2021, data Kemenkes mencatat capaian vaksinasi Sumbar masih 15,83 persen untuk vaksin dosis pertama, dan 9,06 persen vaksin dosis kedua.

Kemudian, datangnya pebalap sepeda beserta tim official dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara ke Sumbar, berpotensi menimbulkan risiko adanya mutasi virus yang dapat mempersulit penanganan pandemi.

Pertimbangan lain menurut Musliar, adalah kondisi psiko-sosial masyarakat dengan event TdS 2021 yang mengundang masuknya wisatawan asing berpotensi pula menimbulkan penolakan bahkan gejolak sosial termasuk penilaian terhadap konsistensi kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.

Terakhir, ditambahkan Musliar untuk menyelenggarakan event TdS yang lebih bermanfaat pada masa yang akan datang, Majelis merekomendasikan perlunya dilakukan studi tentang manfaat ekonomi dan sosial pelaksanaan event TdS.

“Jadi itu beberapa pertimbangan sebagai dasar rekomendasi yang kami sampaikan kepada Pemerintah Provinsi Sumbar, berdasarkan hasil rapat Pleno Majelis Pertimbangan Kelitbangan Provinsi Sumbar
untuk menunda/membatalkan event TdS 2021,” kata Musliar.

“Penyelenggaraan TdS jika tetap diadakan pada tahun ini disatu sisi akan bisa menjadi ajang promosi Sumatera Barat, namun disisi lain ini juga akan memiliki dampak terhadap penanganan Covid-19. Kegiatan ini akan menyebabkan berkumpulnya sejumlah orang yang datang dari luar Sumatera Barat yang sangat berpotensi menciptakan penyebaran virus lebih banyak,” tambah Musliar.

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Padang

Perantau minang sesalkan masy over kritik perihal mobdin gub dan wagub sumbar. – siarminang.net

Perantau minang sesalkan masy over kritik perihal mobdin gub dan wagub sumbar. – Beritasumbar.com

[ad_1]

Padang,siarminang.net,– Syaiful, SE salah seorang perantau minang ditangjungpinang -KEPRI, merasa prihatin terhadap penyerahan mobdin gub dan wagub kepada satgas covid, itu kan fasilitas pemimpin kita sebagai sarana mobilitas untuk mereka berkerja, kenapa kok dibiarkan diserahkan kepada satgas covid, kasihan buya mahyeldi, beliau sampai pinjam mobil untuk bertugas dikarenakan mobil dinasnya rusak.

Harusnya masyarakat sumbar malu dong, masak sumbar kalah dengan blue Bird yg hanya angkutan umum selalu ganti mobil setiap 5 tahun.

Dalam hitungan matematika kendaraan itu harus diganti, karna terkait dg keselamatan orang dan biaya perbaikan /maintenancenya tinggi jika usia kendaraan lebih dari 5 tahun ungkap mantan Ketua DPD ORGANDA KEPRI tersebut.

Lebih jauh syaiful menjelaskan bahwa sumatera barat daerahnya didominasi darat dengan jalan yg banyak belokkan, menurun dan mendaki, serta banyaknya jurang disamping jalan, seperti sitinjau laut, silaing dan sebagainya, tentunya sangat berisiko tinggi mengunakan kendaraan yg tdk sehat.

Masyarakat sumbar harus memikirkan keselamatan pemimpinnya, jangan sampai kita dianggap intoleran terhadap pemimpin sendiri.

Beliau meminta kepada elemen masyarakat, okp, lsm agar segera mengambil mobil dinas tersebut dan menyerahkan kembali kepada gubernur dan wakil gubernur sumbar, jangan sampai kita dianggap intoleran terhadap pemimpin sendiri, malulah dengan daerah tetangga .

Kita memahami saat ini kondisi perekonomian sedang menurun akibat covid, namun jangan semuanya dikaitkan, jangan semuanya dikritisi. Mobil dinas gubernur dan wagub itu juga hal yg sangat penting sarana mereka berkerja untuk masyarakat dan daerah tegas ketua pembina pemuda minang Tanjungpinang tersebut.

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer