Connect with us

Ekonomi

Equity Crowdfunding Dorong UMKM Jadi Besar

Equity Crowdfunding Dorong UMKM Jadi Besar

[ad_1]

Oleh: Aci Indrawadi

PADANG – Tumbuhnya pasar online telah menggairahkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tanah Air. Mereka tak lagi kesulitan memasarkan produk yang jadi salah satu kendala berkembangnya selama ini.

Keberadaan mereka yang jauh dari pusat bisnis bukan lagi halangan. Dengan menyiapkan flatform digital yang baik, mereka pun bisa menjual produk ke konsumen dimana pun, tak terkecuali ke mancanegara.

Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan hingga saat ini 8 juta UMKM telah bergabung dengan e-commerce. Apalagi Bank Indonesia (BI) bersama penyedia platform digital bersinergi mendukung kesiapan UMKM Binaan dan Mitra BI memasarkan produk secara online untuk memperluas akses pasar UMKM.

Hal tersebut dilakukan melalui program persiapan pemasaran online UMKM BI (On Boarding) dan fasilitasi penyediaan platform dan pelatihan pemasaran berbasis digital oleh penyedia platform digital. 

Di tengah berkembangnya sisi pemasaran itu, pelaku UMKM tetap dihadapkan kepada sejumlah persoalan. Salah satunya akses modal. Merujuk data Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 70 persen dari total hampir 60 juta unit UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan.

Di sisi lain usaha ini mampu menyerap tenaga kerja sekitar 75,33 persen (BPS, 2018).  DataKementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat, pada 2018 kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60,34 persen, serta penyerapan tenaga kerja 116,73 juta orang atau 97,02% dari total angkatan kerja yang bekerja.

 Masalah permodalan dan akses terhadap sumber pembiayaan merupakan masalah yang paling krusial (Rachbini, 1994). Berdasarkan hasil Sensus Eekonomi 2016, lebih dari 66 persen UMKM menyatakan memiliki kendala permodalan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan permasalahan – permasalahan lainnya, seperti adanya pesaing usaha, pemasaran, bahan baku, infrastruktur, tenaaga kerja, BBM, peraturan dan birokrasi pemerintah.

Sementara menurut Darwin (2018), UMKM memiliki aksesibilitas yang terbatas terhadap modal terutama kredit dari lembaga keuangan bank. UMKM yang mayoritas unit usaha di Indonesia hanya memperoleh sekitar seperenam pangsa kredit nasional. Namun demikian, keberadaan KUR meningkatkan pangsa kredit nasional ini sebesar seperlimanya dalam beberapa tahun terakhir.

Kecilnya persentase tersebut disebabkan karena akses pada bank dinilai tidak mudah. Bagi perbankan, kebijakan prudensial yang ketat sangat penting untuk menjaga stabilitas keuangan. Selain itu, pelaku UMK juga minim informasi terkait kredit pembiayaan usaha.

Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab kecilnya akses UMK terhadap kredit dari bank. Untungnya, perkembangan dunia digital saat ini memberikan stimulus bagi lembaga keuangan non-bank untuk memberikan layanan pinjaman secara online dengan proses yang lebih cepat dibandingkan perbankan dan tanpa agunan. Financial technology (fintech) dalam penyaluran pembiayaannya tidak lagi melalui perantara, namun langsung ke pihak peminjam.

Tapi harus ada perhitungan dari sisi pendapatan dan jumlah utang agar tidak terjebak kredit macet. Sebab, meski menawarkan kemudahan, fintech juga cenderung memberikan bunga atau denda yang tinggi. Jika perhitungan tidak tepat, maka akan terasa memberatkan. Satu lagi, pastikan pembiayaannya dari fintech yang terdaftar di OJK.

Equity Crowdfunding

Tidak hanya itu, hembusan angin segar kini makin terasa bagi pelaku UMKM. Pasalnya, di tengah kegalauan akses permodalan, Otoritas Jasa keuangan (OJK) mengeluarkan aturan baru terkait Equity Crowdfunding (ECF) yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan kecil untuk memperoleh pendanaan.

ECF yang dikenal dengan urun dana ini adalah proses mengumpulkan sejumlah dana untuk sebuah proyek atau usaha oleh sejumlah besar orang yang biasanya dilakukan melalui platform online. Sistemnya seperti membeli saham, tidak seperti peer to peer (P2P) lending yang akadnya adalah peminjaman sejumlah dana.

Keran bisnis equity crowdfunding ini sudah dibuka sejak tahun lalu. Kepastiannya ditetapkan melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding).

“Ada tiga ruang lingkup ECF ini yakni penyelenggara, penerbit dan pemodal,” kata Deputi  Komisioner Pengawasan Pasar Modal II OJK, Fakhri Hilmi dikutip dari cnbnindonesia, Kamis 10/10/2019)

ECF memberikan kesempatan bagi perusahaan kecil yang dalam hal ini sebagai penerbit dengan jumlah modal kurang dari Rp30 miliar untuk menghimpun dana dari publik di luar pasar modal.

Adapun untuk penawarannya tidak boleh lebih dari Rp10 miliar dengan jangka waktu  penawaran  maksimal setahun. Masa penawaran dilakukan selama 60  hari. “Misalnya saat ini menerbitkan Rp2 miliar, boleh menerbitkan lagi tahap 2, tahap 3 dan  seterusnya. Asalkan tak lebih dari Rp10 miliar dan setahun,” jelasnya lagi.

Ketentuan lain yang diatur dalam POJK ini adalah penerbitnya tak boleh perusahaan  yang merupakan anggota konglomerasi. Tak hanya itu, perusahaan ini juga tak boleh perusahaan Terbuka (Tbk) serta anak usaha Tbk. “Karena kita berusaha memberi kesempatan  perusahaan kecil agar independen. Targetnya  memang untuk yang kecil-kecil,” jelasnya.

Fakhri Hilmi mengatakan, saat ini baru satu  perusahaan yang sudah memiliki izin operasi equity crowdfunding, yaitu PT Santara Daya  Inspiratama. “Masih ada 10 perusahaan lain yang sedang diproses untuk perizinannya,” katanya.

Untuk bisa menjadi penerbit atau perseroan yang menawarkan saham, ada syarat yang harus dipenuhi sesuai peraturan dari OJK. Syarat untuk menjadi penerbit adalah perusahaan harus  berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dan merupakan UMKM.

“Penerbit tidak boleh dikendalikan baik langsung atau tidak langsung dari kelompok  konglomerasi, perusahaan terbuka atau anak perusahaan terbuka (PT Tbk), dan perusahaan  dengan kekayaan lebih dari Rp10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan),” terang  Fakhri kepada duitologi.com.

Layaknya perusahaan di pasar modal, penerbit juga harus menyampaikan laporan tahunan  ke OJK dan mengumumkan kepada masyarakat melalui penyelenggara, dalam hal ini adalah  badan hukum yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan urun dana.

Bagaimana dengan pemodal atau pihak yang membeli saham penerbit? Sama seperti  penerbit, setiap orang dapat menjadi pemodal equity crowdfunding. Namun, ada ketentuan pemodal harus memiliki kemampuan analisis risiko terhadap saham.

Ketentuan lainnya, yaitu pemodal dengan penghasilan sampai dengan Rp500 juta per tahun  hanya bisa investasi di equity crowdfunding sebesar 5 persen dari penghasilannya.  “Penghasilan di atas Rp500 juta per tahun, maksimum investasi 10 persen dari penghasilan,”  ungkap Fakhri.

Tentu saja terobosan OJK ini sangat memberi arti bagi UMKM. Dengan adanya metode urun dana, perusahaan kecil seperti UMKM akan bisa berkembang dan memperoleh akses pendanaan yang lebih luas sehingga UMKM bisa menjadi usaha besar, yang pada akhirnya membantu tumbuhnya perekonomian negara.

 

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ekonomi

Airlangga: Double Disruption Terjadi Selama Pandemi Covid-19

Airlangga: Double Disruption Terjadi Selama Pandemi Covid-19

[ad_1]

JAKARTA – Ekonomi Indonesia sempat terkontraksi terdampak pandemi Covid-19, namun dapat kembali pulih pada kuartal II tahun 2021 dan masih berada pada tren pertumbuhan positif. Hal tersebut tak lepas dari berbagai upaya mitigasi yang di lakukan oleh Pemerintah, baik terkait dengan kesehatan, perlindungan sosial dan perekonomian.

Pada bidang ekonomi, Pemerintah telah banyak memberikan stimulus dan insentif seperti bantuan kepada pelaku UMK, insentif fiskal, penjaminan kredit, subsidi bunga, dan lain sebagainya. Selain itu, Pemerintah juga mengupayakan agar pemanfaatan teknologi dapat memaksimalkan potensi ekonomi yang ada terutama di masa pandemi ini.

“Pandemi Covid-19 dan kemajuan teknologi telah memaksa kita melakukan percepatan pemanfaatan teknologi digital yang mendorong lahirnya profesi baru yang berbasis digital,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara webinar Creativepreneur 4.0 dengan tema “Business Journey: Navigating in the Sea of Challenges” yang diadakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia Universiti Utara Malaysia, Sabtu (11/09).

Berdasarkan laporan dari World Economic Forum tentang The Future of Job Report 2020, diperkirakan dalam 5 tahun ke depan akan terjadi peningkatan kesenjangan keterampilan, karena keterampilan yang diminta di seluruh pekerjaan akan mengalami perubahan.

“Bahkan saat ini telah terjadi ‘double-disruption’, yaitu pergeseran pekerjaan akibat digitalisasi atau automasi yang dipercepat dengan terjadinya pandemi Covid-19,” jelas Menko Airlangga.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah daya saing digital Indonesia yang jauh tertinggal. Berdasarkan IMD World Digital Competitiveness Ranking, Indonesia berada pada posisi 56 dari 63 negara. Dalam indeks lainnya, yaitu Global Innovation Index yang mengukur kemampuan inovasi suatu negara, sejak 2018 sampai 2020 posisi Indonesia tidak berubah dan berada pada urutan ke-85 dari 131 negara.

“Untuk itu diharapkan peran aktif dari para pelajar Indonesia, NGO, dan seluruh stakeholders untuk bersama meningkatkan daya saing digital dan kapasitas kita dalam berinovasi dan menghasilkan produk yang inovatif,” kata Menko Airlangga.

Dalam upaya memperbaiki peringkat daya saing digital Indonesia maka Pemerintah menyusun Peta Jalan Indonesia Digital 2021-2024 yang disusun untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, yaitu Indonesia sebagai negara berdaulat, maju, adil dan makmur.

Sebagaimana diketahui terdapat 4 pilar utama dalam mencapai visi Indonesia 2045, yaitu pembangunan manusia serta penguasaan iptek, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola Pemerintahan.

Dengan melaksanakan hal-hal di dalam peta jalan tersebut, diharapkan pada tahun 2024 akan terjadi penambahan pertumbuhan PDB sebesar 1%, UMKM terdigitalisasi sebesar 50%, tersedia 2,5 juta lapangan kerja baru, dan 600 ribu talenta digital yang dilatih setiap tahun.

Selain dilihat sebagai sebuah tantangan, kemajuan teknologi khususnya teknologi digital, juga dapat dipandang sebagai sebuah peluang. Hal ini diperkuat dengan berbagai studi menyatakan bahwa peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar. Adapun nilai transaksi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 124 miliar (Rp1.700 triliun) pada tahun 2025.

Berbagai studi menyatakan bahwa peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini didukung oleh sejumlah faktor, seperti total penduduk yang terbesar ke-4 di dunia, jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 191 juta atau 70,7%, ditopang oleh Generasi Z sebanyak 75,49 juta orang, atau 27,94% dan Generasi Y/Milenial yang mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87%.

Dari sisi digital user, jumlah pengguna ponsel Indonesia saat ini mencapai 345,3 juta (125,6% dari total populasi) dengan penetrasi internet sebesar 73,7% dan trafik internet yang mengalami peningkatan 15-20% di sepanjang tahun 2020. Bahkan saat ini, telah muncul gelombang teknologi baru seperti jaringan 5G, IoT, blockchain, artificial intilligence dan cloud computing.

Sektor Edutech dan Healthtech kini menjadi pendatang baru yang menjanjikan dalam lanskap ekonomi digital. Pada tahun 2020, pengguna aktif aplikasi Edutech Indonesia tumbuh signifikan mencapai 200%.

“Tren peningkatan jumlah penguna juga terjadi pada sektor Healthtech (telemedicine). Bahkan dalam 5 tahun kedepan diprediksi pengguna Telemedicine Asia Pasifik akan meningkat sebesar 109%,” lanjut Menko Airlangga.

Di akhir sambutannya, Menko Airlangga menyampaikan bahwa kolaborasi dan sinergi dari seluruh komponen bangsa sangat dibutuhkan oleh bangsa dalam meraih cita-cita Indonesia Emas 2045.

“Termasuk adik-adik mahasiswa/i yang saat ini sedang menempuh pendidikan di luar negeri khususnya di Malaysia. Dukungan pemikiran dan saran-saran dari adik-adik semua sangat diperlukan dalam upaya Pemerintah memulihkan perekonomian bangsa pasca pandemi agar kita semua dapat segera keluar dari middle income trap dan meraih cita-cita Indonesia Emas 2045,” tutup Menko Airlangga. (rel)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘{your-app-id}’,
cookie : true,
xfbml : true,
version : ‘{api-version}’
});

FB.AppEvents.logPageView();

};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Ekonomi

Airlangga Apresiasi Dukungan OJK dan Perbankan terhadap Akses Pembiayaan bagi UMKM 

Airlangga: Modernisasi Koperasi agar Adaptif dan Berdaya Saing

[ad_1]

JAKARTA – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan pilar terpenting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Jumlah UMKM yang mencapai 99,9% dari pelaku usaha juga telah berhasil menyerap tenaga kerja sebesar 97% dari total tenaga kerja Indonesia. Secara keseluruhan, UMKM telah berkontribusi sebesar 61,07% terhadap PDB Indonesia atau senilai Rp8.573,89 triliun.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan dalam membantu menyelamatkan UMKM dan sektor informal di masa pandemi. Dalam webinar yang bertajuk “OJK Dorong Perbankan Selamatkan UMKM dan Sektor Informal” yang diselenggarakan oleh Alika Communication, Kamis (9/9), Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa salah satu tantangan utama bagi pemulihan UMKM dan sektor informal saat ini adalah akses pembiayaan.

“Keberhasilan program ini tidak terlepas dari dukungan yang diberikan oleh OJK dan perbankan. Saya sangat mengapresiasi OJK dan perbankan atas dukungannya dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk UMKM dan sektor informal,” ujar Menko Airlangga.

Hingga akhir semester II tahun 2021, program penempatan dana telah berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp406,64 triliun melalui bank himbara, bank syariah, dan BPD. Selain itu, total outstanding restrukturisasi kredit mencapai Rp777,31 triliun.

Sesuai ketentuan yang tercantum pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 17 Tahun 2015, porsi kredit UMKM telah disiapkan sebesar 20%. “Akses pembiayaan yang masih terbatas ini perlu untuk segera diatasi sehingga dapat membantu UMKM dan sektor informal untuk bertahan selama pandemi. Oleh karena itu Pemerintah menargetkan kewajiban kredit UMKM di Perbankan minimal sebesar 30 persen dari total penyaluran kredit pada tahun 2024,” tambah Airlangga.

Untuk mencapai target tersebut, diperlukan tambahan kredit UMKM sebesar Rp980 triliun dengan posisi kredit UMKM tahun 2024 mencapai Rp2.000 triliun. Penyelamatan UMKM dan sektor informal akan memberikan dukungan besar terhadap pemulihan ekonomi. Dukungan ini akan membantu Indonesia untuk rebound, sehingga target pertumbuhan di kisaran 3,7% – 4,5% dapat tercapai di tahun 2021.

Mengingat pentingnya akses pembiayaan bagi UMKM, Pemerintah telah memberikan relaksasi KUR berupa penundaan angsuran pokok, perpanjangan jangka waktu, dan penambahan limit plafon. Hingga awal Agustus 2021, penundaan angsuran pokok telah diberikan kepada 1,76 juta debitur dengan baki debet Rp 70,53 triliun dan perpanjangan waktu telah diberikan kepada 1,51 juta debitur dengan baki debet Rp 47,51 triliun.

Selain itu, penguatan basis pelaku usaha Mikro dan Kecil juga akan dilakukan guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Airlangga berharap seluruh perbankan bisa terus berkoordinasi dan bersinergi dengan Kementerian/Lembaga dalam mendukung penyelamatan UMKM dan sektor informal. “Koordinasi dan sinergi yang baik akan meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan sektor informal sehingga dapat menjaga keberlangsungan usahanya dan menggerakkan roda perekonomian lebih cepat lagi,” pungkas Airlangga.

Turut hadir dalam webinar tersebut Rektor Unpad, Direktur Penelitian Bank Umum OJK, Komisaris BRI, Ketua Prodi MMKMT Unpad, dan Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia. (rel)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘{your-app-id}’,
cookie : true,
xfbml : true,
version : ‘{api-version}’
});

FB.AppEvents.logPageView();

};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Ekonomi

Telkomsel Bersama Kemenko Marves Rilis Serial Mangi-Mangi di MAXstream

Telkomsel Bersama Kemenko Marves Rilis Serial Mangi-Mangi di MAXstream

[ad_1]

JAKARTA  – Telkomsel dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenkomarves RI) menjalin kolaborasi dalam menyajikan serial “Mangi-Mangi” di platform video on demand terdepan dari Telkomsel, MAXstream.

Serial film Mangi-Mangi dihadirkan oleh Biro Komunikasi Kemenkomarves RI untuk menginspirasi sekaligus mendorong semangat anak muda daerah agar dapat lebih berdaya dalam mengembangkan desa melalui budidaya kepiting soka sebagai salah satu biota laut yang memiliki nilai potensial di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut B. Pandjaitan menjelaskan, sebagai bangsa yang mengaku memiliki nenek moyang pelaut, wajib untuk meneruskan cita-cita mulia para pendahulu. Menjadikan laut sebagai kehidupan, namun juga menjaganya untuk masa depan. Maka wajib menonton film seri ‘Mangi-Mangi’ tentang suka duka persahabatan anak-anak pesisir yang sedang mencari jati diri.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Agung Kuswandono mengatakan, film ini menjadi salah satu upaya memperkenalkan budaya bahari, serta memberikan pemahaman tentang literasi maritim dan pentingnya ekonomi sirkular kepada masyarakat.

“Kami berharap dari penayangan film seri ‘Mangi-Mangi’ ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pentingnya hutan mangrove, utamanya anak-anak muda seperti para tokoh utama dalam film ini. Ayo kita saksikan film ‘Mangi-Mangi’ karya anak bangsa untuk bangsa Indonesia,” katanya.

Vice President Brand and Marketing Communications Telkomsel Abdullah Fahmi menambahkan, Telkomsel antusias dan bangga menyambut kolaborasi bersama Kemenkomarves RI dalam menghadirkan serial Mangi-Mangi kepada masyarakat melalui MAXstream.

Kolaborasi ini menegaskan komitmen Telkomsel sebagai digital lifestyle enabler yang terus aktif dalam menghadirkan beragam konten hiburan berkualitas dan menjadi ‘The Home of Entertainment’ bagi seluruh lapisan masyarakat. Kami berharap konten inspratif yang semakin banyak dihadirkan melalui MAXstream dapat terus membuka peluang bagi masyarakat mengoptimalkan beragam potensi diri maupun kearifan lokalnya agar dapat bermanfaat untuk kepentingan bersama.

Serial Mangi-Mangi berkisah tentang Aris (Fachri Muhammad), Raha (Rinaldy Zulkarnain), dan Laras (Laras Sardi) yang cemas pada kondisi desa mereka yang tak dapat menghasilkan apa pun karena banyak pemuda-pemudi yang memilih merantau. Ketiga remaja itu pun tergerak untuk memberdayakan pemuda-pemudi desa yang tersisa agar dapat produktif sekaligus menggerakkan roda perekonomian desa melalui budidaya kepiting soka. Namun usaha ketiganya dalam membudidaya kepiting soka banyak menemui tantangan bahkan mengalami kegagalan, sehingga menguji komitmen ketiganya yang ingin memajukan desa tempat tinggalnya.

Mangi-Mangi merupakan serial film yang terdiri dari dua episode dengan total durasi 31 menit. Film tersebut dapat dinikmati oleh pelanggan MAXstream mulai 8 September 2021. Hadirnya serial Mangi-Mangi kian memperkaya varian konten inspiratif yang dihadirkan oleh MAXstream sekaligus mempertegas komitmen memenuhi kebutuhan pelanggan akan hiburan berkualitas dan mendidik. (rel)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘{your-app-id}’,
cookie : true,
xfbml : true,
version : ‘{api-version}’
});

FB.AppEvents.logPageView();

};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer