Connect with us

News

Festival Pamalayu Gerbang Menjemput Tuah menuju Dharmasraya Berjaya

Festival Pamalayu Gerbang Menjemput Tuah menuju Dharmasraya Berjaya

[ad_1]

Padang, (ANTARA) – Kerap ditemukan peninggalan sejarah tempo dulu yang bernilai tinggi banyak terabaikan di sebagian daerah oleh pemangku kepentingan dan elemen masyarakat.

Jika ditilik lebih jauh banyak faktor penyebab mulai dari ketidaktahuan, ketidakpedulian, lupa dan bisa juga dilupa-lupakan. Jika pun tahu, sudah tersandera oleh anggaran yang terbatas.

Sementara peninggalan sejarah baik dalam bentuk benda, naskah maupun budaya dan bentuk lainnya merupakan aset yang perlu dipelihara, dilestarikan dan dikemasagar bisa bernilai guna.

Hal ini tentu tidak lepas pula pada kemauan politik pemegang tampuk kekuasaan di daerah . Komitmen kepala daerah mesti diiringi pula dengan gagasan besar untuk pemanfaatan aset masa lampau itu, agar mampu menjadi daya dorong dalam percepatan pembangunan dan kemajuan saat sekarang.

Kalau tanpa ada gagasan, tentu hanya sekadar memoles dan mengenalkan bagian alur sejarah tempo dulu yang sifatnya sesaat. Tak lama akan kembali hilang begitu saja dibawa derasnya arus perubahan.

Di Dharmasraya ada even Festival Pamalayu yang sudah ditabuh sejak 22 Agustus 2019 di Museum Nasional Jakarta, dilanjutkan gelar karnaval perahu yang barlayar sekitar 25 menit dari jembatan kabel menuju Komplek Candi Pulau Sawah di Jorong Siluluk, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya.

Banyak rangkaian kegiatan yang digelar dalam bentuk kearifan lokal, kesenian tradisional dan bedah sejarah dengan pakar dan ahli hingga puncaknya pada 7 Januari 2020, bertepatan dengan Hari Jadi kabupaten itu.

Langkah bupati muda Sutan Riska Tuanku Kerajaan merupakan satu gagasan besar dengan lompatan luar biasa. Tidak berlebihan juga kalau gagasan ini dikatakan melampaui batas usia pemimpinnya dan daerah itu sendiri. Betapa tidak, karena melihat Kabupaten Dharmasraya diketahui daerah otonom baru berusia 16 tahun tepat pada 7 Januari 2020, sejak dimekarkan dari Kabupaten Sijunjung.

Pemekaran Kabupaten Dharmasraya berdasar UU No.38 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat yang diresmikan oleh Gubernur Sumbar atas nama Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Januari 2004.

Seusia itu, tentu kalau diibaratkan dengan manusia dapat dikatakan “Anak Baru Gede atau ABG”. Tapi dengan hadirnya gagasan besar, tentu berpeluang membawa daerah yang dibela jalan lintas Sumatra cepat tumbuh dan berkembang.

Apalagi dengan cara kampanye melalui festival yang menggaung tingkat lokal maupun nasional. Buktinya sehari sebelum peluncuran festival itu, dikumpulkan pimpinan dan awak media di salah satu hotel di Padang. Sorenya pemberitaan media online sudah menyebar. Juga esok harinya di media cetak. Kemudian dengan momentum peluncuran secara serimonial di Museum Nasional, pemberitaan banyak di media nasional baik elektronik maupun cetak.

Pejabat nasional dari kementerian seakan sudah “tergoda” oleh Festival Pamalayu karena turut hadir dan terlibat langsung dalam kegiatan itu. Ibarat hati kalau sudah terpaut dan punya arah yang sama dalam melihat dan pengembangan sejarah, tentulah apa yang diminta nantinya tidak akan sulit.

Bupati Sutan Riska kepada awak media di Padang, menyampaikan bahwa even Festival Pamalayu bukan untuk mengungkai sejarah yang telah ada. Akan tetapi setidaknya bisa meluruskan perjalanan sejarah dan bahkan tak kalah penting adalah mengambil nilai-nilai yang terdapat pada sejarah masa lalu.

Orang nomor satu di daerah yang memakai motto “Tau jo Nan Ampek” itu mengatakan, festival ini ingin mengembangkan nilai-nilai persatuan dan persahabatan. Sebab, ratusan tahun silam nama Dharmasraya sudah ada dalam berbagai catatan sejarah. Memiliki peradaban dan masa kejayaan ketika itu.

Salah satu bukti catatan sejarah perdaban kerajaan Dharmasraya adalah Arca Amogaphasa, yang kini disimpan di Museum Nasional bersama Arca Bhairawa. Arca tersebut ditemukan di Bukit Baralo sekitar 1880. Hal ini menunjukan Dharmasraya sebagai bukti sejarah besar dan berjaya di masa lalu. Arca Amogaphasa yang menjadi titik penting dalam sejarah tersebut merupakan hadiah Raja Singosari Kertanegara kepada Raja dan masyarakat Dharmasraya, dan dibawa dalam “Ekspedisi Pamalayu” pada 22 Agustus 1286.

Sebagian sejarawan berpendapat bahwa ekspedisi Pamalayu merupakan penaklukan Singosari atas Sumatra. Ada pendapat lain bahwa hal tersebut merupakan ekspedisi persahabatan untuk menjalin persatuan.

Dalam wikipedia, Ekspedisi Pamalayu adalah sebuah diplomasi melalui operasi kewibawaan militer yang dilakukan Kerajaan Singhasari di bawah perintah Raja Kertanagara pada tahun 1275ñ1286 terhadap Kerajaan Melayu di Dharmasraya di Pulau Sumatra. Perbedaan pendapat tersebut, biarkanlah menjadi ranah sejarawan dan serahkan kepada ahlinya untuk membahas dalam tataran forum ilmu pengetahuan.

Hal yang pasti, Dharmasaya punya peradaban masa lalu. Bisa dilihat dari sejumlah peninggalan sejarah dan budaya seperti Candi Pulau Sawah, Candi Padang Roco dan Awang Maombiak. Tak sulit untuk mengaksesnyaatau menuju lokasi situs peninggalan sejarah itu. Jalan sudah beraspal sempai ke lokasi, hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari jalan lintas Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng).

Lokasi kawasan Candi Padang Roco, di Jorong Sungai Lansat, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya. Luas komplek Candi Padang Roco yang sudah dipagar mencapai 4.475 meter persegi, terdapat tiga situs. (Antara/Siri Antoni)


Selain itu, bukti lain juga masih terdapat beberapa kerajaan yang masih eksis hingga kini seperti Kerajaan Pulau Punjung, Kerajaan Siguntur, Kerajaan Padang Laweh dan Kerajaan Koto Besar serta Kerajaan Sitiung (tak ada generasi penerus, red). Kerajaan-kerajaan ini masih mempunyai dan menjaga berbagai peninggalan kerajaannya, dan punya pandangan yang sama dalam memajukan daerah otonom tersebut.

Bupati Sutan Riska mengatakan Festival Pamalayu mengusung tema “Merayakan Dharmasraya”, punya makna mengajak semua orang, baik pemerhati Dharmasraya hingga khalayak, ikut larut dalam denyut agenda Festival Pamalayu dengan riang gembira.

Ini cara kita mengajak semua merayakan Dharmasraya. Harapan kita investasi semakin mengalir, perekonomian berkembang dan muaranya adalah kesejahteraan masyarakat, ujarnya.

Raja Koto Besar itu pada pembukaan workshop heritage diikuti para jurnalis media cetak, elektronik dan online menyampaikan penggalian sejarah Dharmasraya masa lampau melalui even Festival Pamalayu, guna menjadikan penyemangat mendorong daerah bisa lebih maju di masa mendatang.

Tentu tergantung sudut pandang. Namun bagi Pemkab Dharmasraya kegiatan Festival Pamalayu bagian upaya pemerintah daerah untuk mencari indentitas daerah. Dari penggalian sejarah ini hendaknya bisa menjadi energi untuk terus lebih maju dan bisa berjaya di masa mendatang.

“Banyak daerah setelah menemukan identitasnya bisa berkembang dengan baik dan maju. Upaya ini kita lakukan untuk menuju ke arah itu,” kata Sutan Riska sembari menegaskan, tapi perlu digarisbawahi penggalian tatanan kebudayaan masa lampau itu bukan dalam artian kembali ke masa lalu seperti era kerajaan.

Namun, upaya ini untuk dapat jadi spirit dalam mengembangkan Dharmasraya dengan nilai-nilai yang ada agar dapat diteruskan ke generasi hari ini dan masa mendatang. Sebab, begitu banyak nilai-nila dapat dikembangkan dari perjalanan sejarah masa lalu tersebut.

Justru itu, selama ini Pemkab Dharmasraya terus bersemangat memajukan daerah dibidang infrastruktur, kebudayaan dan bidang lainnya. Ke depan, kata kepala daerah berdarah biru itu, tentu Dharmasraya bisa menjadi daerah yang cepat sejajar dengan daerah lain yang sudah dulu berkembang.

Menjemput Tuah

Festival Pamalayu dapat diibaratkan gerbang untuk masuk menyilau dan menggali kembali sejarah yang sarat dengan peradaban di masa lalu itu. Karena ada hal yang sangat bernilai, sehingga penting untuk dijemput tuah itu. Dengan harapan dapat memberi dampak terhadap berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat dan perkembangan daerah saat ini serta masa datang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keistimewaan; keunggulan (kehormatan, kemasyhuran, dan sebagainya). Dalam konteks menjemput tuah Dharmasraya lebih tepat menyematkan arti poin ketiga di KBBI online.

Sebab, Dharmasraya punya kejayaan masa lalu karena pernah menjadi pusat kerajaan melayu. Saat ini secara administrasi Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu daerah otonom dari 19 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat.

Sejarawan Wenri Wanhar pada satu kesempatan mengatakan Festival Pamalayu pintu masuk untuk menjemput tuah masa lampau yang dimiliki Dharmasraya. Daerah pemekaran dari Kabupaten Sijunjung memiliki aset besar, dimana pada masa lampau sudah menjadi pusat kerajaan melayu dan memiliki bentangan peradaban yang panjang.

Kejayaan masa lalu itu tentu merupakan suatu keberuntungan bagi Dharmasraya sebagai daerah otomon saat ini. MomentumFestival Pamalayu sebagai gerbang masuk untuk menjemput keunggulan yang sudah lama terabaikan itu.

Hal ini dapat menjadi modal yang potensial bagi Dharmasraya untuk dikembangkan menjadi wisata budaya dan sejarah kedepan.

Momentum festival Pamalayu, menyibak perjalanan sejarah dan kejayaan masa lampu yang merupakantuah Dharmasraya. Tuah itu pun tak berarti apa-apa kalau tak dijemput. Menjemput tuah dalam hal ini bermakna memperjuangkan dengan bersungguh-sungguh agar kekayaan aset peninggalan masa lalu itu dapat memberi nilai untuk masyarakat.

Berhasil atau gagalnya menjemput tuah sangat bergantung kepada kesadaran dan kebersamaan anak negerinya menjunjung maruah. Kesadaran akan nilai-nilai maruahdaerah dan penghayatan, maka dapat secara bersama-sama berjuang untuk mengembalikan maruah tersebut.

Seorang juru pelihara dari UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar, Riau dan Kepri Rahmat terlihat sedang bersih bersih candi. Lokasi kawasan Candi Padang Roco, di Jorong Sungai Lansat, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya. Luas komplek Candi Padang Roco yang sudah dipagar mencapai 4.475 meter persegi, terdapat tiga situs. (Antara/Siri Antoni)

Strategi Jitu

Festival Pamalayu bila dimaknai secara komprehensif tentulah bukan sekadar perhelatan serimoni yang menyilau masa lampau. Begitu juga bukan pula hiruk pikuk sesaat saja dengan kemeriahan di daerah. Namun laksana magnet baru yang dibangkitkan dan menjadi strategi jitu untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dengan julukan Cati Nan Tigo tersebut.

Dimaksudkan dengan strategi jitu adalah melalui Festival Pamalayu menjadi daya tarik yang cukup menggoda pejabat dari kementerian/lembaga untuk menggelontorkan banyak dana pusat ke Dharmasraya.

Buktinya pada acara peluncuran arkilog terlibat langsung dan begitu juga dengan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid sudah mengapresiasi gagasan Dharmasraya lewat Festival Pamalayu.

“Kita perlu melihat kembali peristiwa bersejarah dalam sejarah kita dengan cara pandang yang mungkin berbeda dari apa yang selama ini kita kenal,” katan Hilmar Farid seperti yang dirilis bagian Humas Dharmasraya.

Menurut dia ekpedisi dalam historiografi dan penulisan sejarah Indonesia adalah istilah yang dipakai oleh orang Belanda ketika membicarakan ekspansi kekuasaan mereka di seluruh Nusantara. “Bukan serangan atau agresi, tapi ekspedisi militer.”

Boleh jadi, katanya, ekspedisi Pamalayu dianggap penaklukan karena bernama ekspedisi. “Biasa dalam histografi, kita akan berhadapan dengan soal-soal semacam ini,” ujarnya.

Ditjen Kebudayaan, menurut dia, memikirkan untuk menulis kembali sejarah nasional. Hal tersebut agar tidak dilupakan generasi saat ini.

“Ada kebutuhan yang cukup mendesak untuk memperbarui penulisan sejarah nasional kita. Melihat kembali hal-hal yang terjadi di masa lalu. Melihat istilah-istilah yang digunakan di masa lalu,” tuturnya.

Godaan itu terus menebar pesona dan berlanjut, buktinya Kepala Staf Presiden Moelodo sudah menginjakan kaki di negeri para raja itu, bertepatan dengan peringatan hari sumpah pemuda. Cerdas gagasannya. Bisa jadi menggaet dana pusat dalam percepatan kemajuan daerah.

Dana pusat akan mengalir bila melihat program pembangunan yang bisa memberi dampak luas. Pintu masuk memang Festival Pamalayu, potensi yang dimiliki Dharmaraya yang lain tentu tak luput dari lirikan dan jadi perhatian untuk di kembangkan. Hanya menunggu waktu dan semoga saja.

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘491803547646366’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘558190404243031’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=558190404243031”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer