Connect with us

headline

Manyigi Pemilihan Gubernur Sumbar 2020

Manyigi Pemilihan Gubernur Sumbar 2020

[ad_1]

Manyigi merupakan istilah urang awak dulunya dalam menangkap lauak (ikan). Disebut juga manyigi lauak. Orang Minang manyigi lauak menggunakan alat bantu berupa bilah bambu dibuat berbentuk colok (obor). Didalamnya diisikan kain atau serabut kelapa dan dituangkan minyak tanah. Dari sanalah hidup api yang memuculkan cahaya sebagai penerang.

Kegiatan manyigi lauak dilakukan malam hari tidak pernah siang.  Banyak istilah yang hadir dalam hal ini. Pertama, malam hari lauak jinak tidak seliar siang hari sehingga sangat memudahkan untuk ditangkap. Kedua, manyigi lauak dengan bantuan cahaya atau penerang dari colok membuat kefokusan dalam menentukan target tangkapan. Ketiga, manyigi lauak malam hari suasananya sepi, bisa berkonsentrasi penuh dan cenderung tidak ada gangguan dari lingkungan sekitar.

Saat ini istilah manyigi lauk menggunakan colok tidak begitu populer dikalangan masyarakat. Mungkin karena zaman berubah musim berganti. Membuat masyarakat beradaptasi dan mengadobsi dengan cepat kemajuan teknologi. Sudah banyak alternative lain yang bisa digunakan. Contohnya lampu LED (Light Emitting Diode). Ramah lingkungan, hemat energi, tingkat penerangan tinggi dan banyak lagi kelebihanya jika dibandingkan dengan colok.

Tak ada salahnya memanfaatkan teknologi demi mendapatkan hidup yang lebih baik. Seperti kata Steve Jobs, “Mari berubah untuk hari esok, sebagai ganti dari ketakutan kemarin”. Cara tradisional boleh saja tetap dilakukan. Namun ketika ada kesempatan untuk lebih efektif dan efesien kenapa tidak?

Ikuti: Polling Kandidat Calon Gubernur Sumatera Barat Untuk Pilkada 2020

Terlepas memudarnya aktivitas manyigi dengan colok, namun konteks dan makna manyigi masih sangat relefan dalam diri orang minang. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manyigi merupakan kata kerja yang mempunyai arti menyelidiki dengan teliti. Bisa ditafsirkan sebagai upaya menelaah segala sesuatunya dengan teliti dengan memanfaatkan berbagai instrumen lain.

Dalam memilih pemimpin orang minang sangat jeli sekali dalam manyigi. Tidak grasak grusuk, dimana takana disitu maloncek dan tidak asal-asalan.  Jelas dulu duduak tagak-nya baru dikeluarkan apa yang diinginkan.

Kontestasi pemilihan gubernur (Pilgub) Sumbar 2020 yang akan dihelat tanggal 9 Desember 2020 tidak akan terlepas dari pe-nyigian orang minang. Alek yang dilaksanaakan setiap lima tahun tersebut menjadi domain yang ditarik menjadi preferensi menentukan pemimpin.

Secara tidak sadar, Pilgub Sumbar sudah menjadi magnet yang menarik masyarakat untuk dijadikan perbincangan. Tidak pandang usia dan tidak pula pandang jabatan. Orang tua, anak muda, pegawai, petani, pedagang, nelayan, tukang ojek, pedagang, buruh dan semua kalangan terlibat dibuatnya.

Tempatnya tidak perlu formal dan berlangsung mengalir saja. Sebelum virus corona menggoroti, lapau adalah tempat paling ideal baciloteh, menumbuhkan narasi dan gagasan. Setiap orang bebas mengemukakan pendapat dan menuangkan pikiran di “parlemen” masyarakat ini. Selalu ada topik yang dibicarakan. Selesai satu topik, esok hari akan bergeser ke topik yang lain.

Meredupnya peran lapau dikarenakan regulasi pembatasan orang berkumpul ditengah pandemi membuat masyarakat  bergeser ke lapau digital. Kemajuan teknologi ini sangat termanfaatkan sekali membuat masyarakat lebih leluasa manyigi perkembangan Pilgub 2020 tanpa batasan ruang dan waktu. Banyak lapak diskusi yang dibuka, mulai dari; facebook, twitter, group-group WhatsUp dan Zoom webinar yang menjadi tren di Era Pandemi Covid-19.

Rasionalitas Politik Orang Minang

Menurut Goddin Robert E, rasionalitas adalah suatu proses menggunakan pikiran oleh individu untuk memikirkan, menimbang dan memutuskan sesuatu tindakan politik yang sesuai dengan realitas politik yang berlangsung dan mampu memperkirakan kemanfaatan keputusan yang dibuat dalam jangka pendek ataupun panjang.

Rasionalitas politik sangat erat hubunganya  dengan kemampuan seseorang dalam dalam meningkatkan kemanfaatan  yang diperoleh dari tindakan politik. Ini berarti ada proses olah pikir yang berdasarkan yang dihadapi dan mampu memerkirakan konsekuensi yang akan diterima.

Pilgub Sumbar secara langsung sudah berjalan tiga kali; tahun 2005, tahun 2010 dan terkahir tahun 2015. Pemenangnya pun bisa dikatakan pure dari tangan masyarakat. Tidak ada unsur indentifkasi kepartaian, kelompok dan ideologi  tertentu; partai yang memiliki suara terbanyak. Bahkan unsur geografis pun dengan istilah darek dan pasisia juga tidak berlaku.

Tahun 2005 Gamawan Fauzi dan Marlis Rahman perpaduan sesama urang darek Solok Selatan dan Bukittinggi terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur yang hanya bermodalkan koalisi sederhana PBB dan PDIP. Mereka mengalahkan koalisasi partai besar seperti Golkar, Demokrat, PAN, PKS dan PPP. Pilgub berikutnya tahun 2010, Marlis Rahman sebagai patahanan yang diusung oleh Golkar tersingkir oleh pasangan penantang Irwan Prayitno dan Musliar Kasim. Diusung koalisi partai PKS, Hanura dan PBR juga mampu mengalahkan Endang Rizal dari partai Demokrat yang memiliki kursi terbanyak di DPRD kala itu. Pilkada  terakhir tahun 2015 berlangsung secara head to head. Irwan Prayitno pecah kongsi dengan Musliar Kasim , memilih berpasangan dengan Nasrul Abid koalisi PKS dan Gerindra dengan total 15 Kursi. Sedangkan Musliar Kasim berpasangan dengan Fauzi Bahar diusung koalisi  empat partai; PAN, Nasdem, Hanura, dan PDIP dengan total 23 kursi. Banyaknya dukungan partai dan jumlah kursi yang ada tidak berpengaruh. Untuk kali keduanya Irwan Prayitno yang berpasangan dengan Nasrul Abit keluar sebagai pemenang.

Perjalanan Pilgub Sumbar tiga periode ini memperlihatkan karakteristik lingkungan, geografis serta politik kepartaian tidak mempunyai pengaruh terhadap kecendrungan pemilih. Masyarakat memiliki preferesensi tersendiri dalam menentukan pilihan politiknya. Tidak bisa diintervensi dan dikangkangi. Semua mengalir sesuai dengan apa yang menjadi keyakinan oleh masyarakat itu sendiri.

Disisi lain masyarakat Sumbar masih mengedepankan politik kultural. Dikutip dari Alam R.Ball political culture sebagai susunan sikap, keyakinan, emosi, dan nilai. Nilai- nilai yang ada dalam masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.

Masih ingat tulisan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno tahun 2016 disalah satu surat kabar terbesar di Sumbar yang berjudul Minang dan Jokowi?. Tulisan tersebut sangat viral baik di Sumbar maupun nasional. Dilatar belakangi salah satu lembaga survey nasional merilis tingkat kepuasan etnis Minang  terhadap kinerja Jokowi terendah dibandingkan dengan etnis lain. Iryawan Prayitno dalam tulisan terebut menjelaskan rendahnya tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi dikarenakan ada faktor budaya orang Minang dalam memilih pemimpin. Adapun itu disingkat dengan 3T (takah, tageh dan tokoh). Hal itu terbukti dua kali pilpres berlangsung Jokowi kalah telak di Sumbar. Tahun 2014, walaupun berpasangan dengan  Jusuf Kalla urang sumando Minang, Jokowi hanya memperoleh suara 23,1%. Dan ditahun 2019 merosot lagi dengan suara 14,5%.

Jauh berbeda dengan rival politiknya Prabowo  mendapatkan tempat dihati masyarakat SU persentasi suara tertinggi bukan hanya di Sumbar bahkan di nasional. Mungkin kala itu prefensi politik masyarakat Minang menilai saat itu Prabowo lebih tepat menyandang predikat takah, tageh dan tokoh.

Geliat Calon

Sempat meredup dikarenakan pandemi covid-19 dan belum ada kepastiaan dari pemerintah geliat calon di Pilgub Sumbar kembali muncul kepermukaan setelah keluarnya surat edaran Kemendagri.

Kalangan elit melalui parpol mencoba menakar percaturan dengan menempatkan kader terbaik. Tarik menarik koalisi pun terjadi untuk mencocokkan posisi. Partai yang sudah memiliki kursi cukup, tinggal melenggang tidak perlu mencari kawan lagi. Bagi yang belum, disini waktu terkuras meyakinkan kawan agar bisa berkoalisi. Berbeda dengan  jalur independen tidak ada beban tiket dari partai, tetapi harus mengumpulkan dukungan minimal 316 ribu KTP.

Munculnya banyak calon dengan memanfaatkan baliho, spanduk di jalan-jalan utama kota sampai ke pelosok daerah sudah lumrah dalam helatan Pilgub Sumbar. Seiring berjalananya waktu, ada yang sekedar test the water dan parami alek diawal dengan baliho bertaburan di jalan, akhirnya balik kanan hilang entah kemana. Ada yang masih bertahan, sudah deklarasi akan tetapi belum jelas pula nasibnya. Kaki sedikit senjang karena jumlah kursi belum genap 20%. Ada yang masih hilir mudik, lobi sana lobi sini karena belum dapat koalisi sepadan. Ada yang sudah jelas duduak tagak-nya tinggal menunggu pendaftaran resmi ke KPU.

Geliat calon menjadi syarat utama ketertarikan pemilih. Maka perlu polesan yang menarik agar calon bisa diterima masyarakat. Bukan hanya mengandalkan banyaknya baliho, spanduk di jalan-jalan. Akan tetapi hadirnya gagasan, komunikasi, dan rasionalitas yang terukur untuk masyarakat.

Masih ada waktu beberapa bulan lagi menyiapkan segala amunisi berlaga di Pilgub nantinya. Masih ada waktu bagi calon menggeliat dan terus menggeliat menghadirkan gagasan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat pun, akan terus manyigi setiap calon yang akan berlaga pada Pilgub Sumbar 2020 melalui kanal-kanal lapau digital dan rasionalitas pikiran yang dimiliki.*

Oleh: Reido Deskumar

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Andalas

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘1410885915625287’,
xfbml : true,
version : ‘v2.10’
});
FB.AppEvents.logPageView();
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘1410885915625287’,
xfbml : true,
version : ‘v2.10’
});
FB.AppEvents.logPageView();
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&appId=322156664622039&version=v2.3”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_GB/sdk.js#xfbml=1&version=v2.7&appId=322156664622039”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

#demokrat

Ternyata Jarak Hambalang Lebih Dekat ke Cikeas daripada Duren Sawit

Ternyata Jarak Hambalang Lebih Dekat ke Cikeas daripada Duren Sawit

[ad_1]

JAKARTA – Kasus dugaan ‘mega korupsi’ pembangunan Wisma Atlet Hambalang, Bogor, kembali ‘dihidupkan’ setelah sejumlah Elit Partai Demokrat (PD) hasil Kongres Luar Biasa (KLB) menggelar konferensi pers (Konpers) di wilayah tersebut.

Sebelumnya, inisiator KLB, Darmizal mengatakan, Wisma Atlet sengaja dijadikan lokasi Konpers karena tempat itu menyimpan sejarah sekaligus paradoks bagi partai berlambang bintang mercy tersebut.

Kemudian Ketua Dewan Kehormatan PD versi KLB, Max Sopacua dalam pernyataannya di Konpers di Hambalang (25/3/) juga menyebutkan ‘bangunan’ Wisma Atlet juga menjadi cikal bakal runtuhnya elektabilitas PD.

Bahkan, Max dalam pernyataan kepada awak media sempat menyebut kasus dugaan korupsi Wisma Atlet masih menyimpan ‘misteri’ lantaran masih ada pihak-pihak atau disebutnya sosok yang belum tersentuh hukum hingga sekarang.

Juru Bicara PD versi KLB atau kubu Ketua Umum Moeldoko, Muhammad Rahmad juga ikut ‘mengamini’ pernyataan Darmizal dan Max Sopacua. Menurutnya, Hambalang memiliki nilai sejarah bagi Partai Demokrat.

“Melalui Hambalang inilah SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red) pertama kali mengkudeta (mantan) Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum,” ujar Rahmad saat dihubungi, Jumat (26/3/2021).

Rahmad mengaku memiliki alasan kenapa Hambalang menjadi cikal bakal munculnya ‘kudeta politik’ di tubuh PD. Dia menilai, saat itu ‘kubu Cikeas’ dianggap gagal menghalau dominasi politik kelompok Anas Urbaningrum yang memegang tampuk pemimpin tertinggi di partai tersebut.

Rahmad kemudian menengarahi karena kudeta melalui cara politik gagal, maka SBY melakukan kudeta melalui cara hukum yang sangat terkesan dipaksakan.

“Setelah map Hambalang dibuka makin detail, ternyata jarak Hambalang itu lebih dekat ke Cikeas daripada ke Duren Sawit,” tuturnya.

Sekedar diketahui, merujuk pada istilah ‘Cikeas’ tempat itu diidentifikasi sebagai tempat tinggal atau kediaman keluarga SBY. Sedangkan Duren Sawit merupakan kediaman atau tempat berkumpul bagi kelompok mantan Ketum PD, Anas Urbaningrum. (aci)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘{your-app-id}’,
cookie : true,
xfbml : true,
version : ‘{api-version}’
});

FB.AppEvents.logPageView();

};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

#pilkada

Gugatan Ditolak MK, Epyardi -Jon Firman Menangi Pilbup Solok

Gugatan Ditolak MK, Epyardi -Jon Firman Menangi Pilbup Solok

[ad_1]

PADANG – Mahkamah Konstitusi (MK) RI menolak permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang diajukan oleh pasangan calon bupati dan wakil bupati Solok nomor urut 1 Nofi Candra-Yulfadri Nurdin, Senin (22/3).

Majelis Hakim yang diketuai Anwar Usman menyatakan, mahkamah telah membaca permohonan pemohon, mendengar keterangan berbagai pihak, serta memeriksa buktipokok permohonan tidak beralasan menurut hukum untuk seluruhnya.

Mahkamah mengadili dalam eksepsi menolak eksepsi termohon dan pihak terkait untuk seluruhnya. “Demikian diputus dalam rapat permusyawaratan hakim oleh 9 hakim konstitusi,” katanya.

Dalam sidang itu, hakim konstitusi Wahiduddin Adams menjelaskan dalam eksepsi, mahkamah, telah memcermati permohonan pemohon. Ternyata permohonan pemohon telah memenuhi persyaratan pengajuan permohonan.

Menjadi pokok permohonan oleh Nofi Candra-Yulfadri sebagai pemohon. Di antaranya, pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara pemohon dengan cara merusak surat suara sah pemohon oleh KPPS, sehingga menjadi suara tidak sah yang terjadi di beberapa TPS.

“Termohon membantah dalil permohonan pemohon. Pihak terkait jugamembantah dalil pemohon,” kata hakim.
Pemohon tidak dapat menguraikam dengan jelas mengenai dugaan terjadinya perusakan surat suara pemohon oleh petugas KPPS, sehingga mahkamah tidak mendapat bukti yang cukup meyakinkan untuk pengurangan suara dimaksud.

“Lagipula saksi pemohon di TPS yang dimaksud tidak mengajukan keberatan, hal ini sesuai fakta persidangan bahwa saksi di TPS menandatangani dan tidak ada yang keberatan. Berdasarkan keterangan Bawaslu Solok, juga tidak terdapat satu pun keberatan,” katanya.

Selanjutnya, persoalan tidak profesionalnya termohon, terkait pemilih yang mencoblos untuk pemilih lain dan pemilih mencoblos dua kali, mahkamah tidak mememukan bukti. Termohon membantah, bahwa tidak ada keberatan dari saksi yang hadir dan semua menandatangani.

Dengan ditolaknya permohonan Nofi Chandra- Yulfadri Nurdin, maka Epyardi Asda-Jon Firman Pandu sah menjadi pemenang Pilkada Solok hasil rekapitulasi KPU. Selanjutnya KPU akan menetapkan bupati dan wakil bupati terpilih. (aci)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘{your-app-id}’,
cookie : true,
xfbml : true,
version : ‘{api-version}’
});

FB.AppEvents.logPageView();

};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

#sby

SBY: Moeldoko Merebut Ketum Demokrat yang Sah

“Amerika, Are You Ok?”

[ad_1]

JAKARTA – Mantan Presiden RI yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) menegaskan, Moeldoko telah mendongkel dan merebut posisi Ketua Umum (Ketum) Demokrat sah yang diduduki Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Padahal, kepemimpinan AHY sudah disahkan satu tahun lalu oleh negara melalui Kementerian Hukum dan HAM.
“Sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara yang kita cintai ini, memang banyak yang tercengang, banyak yang tidak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini,” tutur SBY.

SBY menyayangkan sikap Moeldoko yang pada saat itu, sebelum digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) justru mengatakan, bahwa pertemuan dengan sekelompok mantan kader Demokrat hanyalah sekadar acara minum kopi.

Padahal, saat itu, SBY mengatakan bahwa beberapa pihak meyakini Moeldoko pasti akan mendapatkan sanksi dari atasannya yaitu Presiden Joko Widodo karena keterlibatan gerakan kudeta.

SYB menambahkan, bagaimana awal mula AHY mengungkapkan adanya gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD) sejak awal bulan Februari 2021.

“Satu bulan yang lalu, kita semua masih ingat ketika Ketum Demokrat AHY, secara resmi mengirimkan surat kepada Yang Mulia Pak Jokowi, tentang keterlibatan KSP Moeldoko dalam gerakan penggulingan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah. Setelah itu, Ketum AHY juga menyampaikan kepada publik tentang gerakan kudeta ini, banyak tanggapan yang bernada miring,” kata SBY. (aci)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘{your-app-id}’,
cookie : true,
xfbml : true,
version : ‘{api-version}’
});

FB.AppEvents.logPageView();

};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer