Connect with us

News

Masjid Raya Sumbar dan “Hajar Aswad”

Masjid Raya Sumbar dan "Hajar Aswad"

[ad_1]

Padang, (Antaranews Sumbar) – Masjid Raya Padang,jadi ikon tujuan wisata syariah di Sumatera Barat.

Namanya sudah kondang sehingga banyak wisatawan nusantara yang datang untuk shalat dan menikmati bentuk bangunannya yang unik.

Di kala libur lebaran saat ini, banyak kendaraan dari berbagai daerah mampir dan memenuhi lahan parkir yang luas. Tercatat mobil bernomer polisi B, BK, BM, BH, A, D, F dan nopol lokal terlihat parkir.

Bentuk masjid yang tidak biasa, yakni struktur bangunan berbentuk atap rumah adat Minang yang bergonjong, lancip ke atas menjulang, berbentuk empat persegi, tanpa kubah.

Karena dibangun secara masif, maka bangunan masjid terlihat sangat menonjol dibandingkan bangunan di sekitarnya. Bahkan, menara masjid sekalipun terlihat mini karena begitu “raksasanya” bangunan utama masjid, sehingga menara setinggi 85 meter terlihat tak seimbang. Rencana semula akan didirikan tiga menara lain.

Sementara, Masjid Raya Hubbul Wathan, Mataram, NTB, menjadikan menara utama yang setinggi 99 meter untuk memperkuat keberadaan masjid. Terlebih lagi diperkuat dengan permainan lampu warna-warni menyiram tubuh menara dan badan masjid sehingga tampak rancak di malam hari.

Hajar Aswad

Sekilas bangunan seluas 4.430 meter persegi itu sangat khas rumah adat Minang, tetapi sesungguhnya tidak hanya demikian karena juga perlambang dari kain empat pergi yang menjadi pegangan bagi empat suku kabilah ketika akan meletakkan Hajar Aswad (batu hitam) ke sudut Ka’bah,Mekah sesuai dengan arahan Rasulullah Muhammmad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Kesan pengunjung pada masjid berbentuk unik itu beragam. Sebuah keluarga asal Tangerang terkesan pada mihrab (mimbar) masjid yang berbentuk cangkang Hajar Aswad.

Mihrabnya memang berbentuk oval dengan lingkaran berwarna putih silver seperti cangkang batu Hajar Aswad dan tengahnya yang berisikan mimbar dan ruang shalat imam, dari jauh seperti batu Hajar Aswad. Seakan, bersujud di mihrab seperti mencium Hajar Aswad.

Pengunjung lain terkesan pada karpetnya yang lembut sumbangan Pemerintah Turki dan jarak sujud yang leluasa bagi muslimin bertinggi 170 cm hingga 175 cm.

Sementara langit-langitnya sangat minimalis untuk sebuah masjid, bercat putih tanpa ornamen atau lukisan diorama yang biasa ada di bagian dalam kubah di kebanyakan masjid di tanah air.

Yang berbeda adalah Asmaul Husna (99 nama dan sifat Allah) yang tersusun di dinding mihrab hingga ke langit-langit atap. Pada atap yang berwarna putih juga terdapat lubang memanjang mengikuti alur pilahan langit-langit yang memanjang.

Bagi yang baru pertama kali, mungkin menduga pengelola menggunakan pendingin untuk mengatur ventillasi udara, kenyataannya tidak demikian. Arsitek Rizal Muslimin merancang dinding empat sisi atap dengan kerangka pipa baca dan dinding berlubang-lubang mengikuti motif songket raksasa pada dinding luar.

Dampaknya, udara mengalir dari keempat sisi dan terasa sejuk. Tidak hanya itu, kisi-kisi itu juga menjadi sumber pencahayaan di siang hari sehingga menghemat penggunaan lampu.

Syahadatain

Perhatikan juga keempat sisi dinding atas masjid yang bermotif songket tersebut. Terdapat kalimah Allah di tengah motif songket yang berjajar mengelilingi dinding atas, lalu kaligrafi syahadatain.

Pada setiap ukiran baja tersebut terdapat kalimah Allah dalam jenis huruf lebih kecil, begitu juga dengan kalimah Muhammad yang tersebar merata di keempat sisi.

Perjuangan Pemerintah Daerah dan masyarakat Sumatera Barat untuk mewujudkan masjid indah ini memang tidak mudah. Adalah Gubernur Gamawan Fauzi pada 21 Desember 2007 melakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid.

Gamawan juga mendirikan Masjid Ummi di Alahan Panjang, di tepi Danau Di Atas yang indah. Masjid yang kabarnya didedikasikan untuk sang Ibu, dibangun tanggal 21 Oktober 2013, dan diresmikan tanggal 30 Maret 2014.

Banyak Muslimin yang singgah di masjid yang terletak di jalan lintas Solok Selatan tersebut untuk shalat dan beristirahat menikmati panorama danau yang sejuk.

Kini setelah 11 tahun, Masjid Raya Sumatera Barat di Jalan Khatib Sulaiman dan Jalan Ahmad Dahlan (dua tokoh pergerakan Islam yang menonjol) terasa masih belum sempurna, meski sudah digunakan untuk Shalat Jumat secara perdana pada 7 Februari 2014 dan shalat wajib dan sunnah lainnya hingga kini.

Masih banyak yang perlu dibenahi, seperti sistem perparkiran, pengelolaan taman dan lainnya. Tidak ada salahnya pengelola masjid memungut biaya/retribusi parkir sebagai pemasukan agar petugas parkir bekerja secara profesional.

Begitu juga dengan tanaman bunga dan pepohonan yang subur, berkembang dan rindang akan menambah indah halaman masjid.

Tahan gempa

Kelebihan lain, adalah kontruksi bangunan yang tahan gempa. Sumatera Barat adalah daerah gempa sehingga antisipasi penggunaan konstruksi tahan gempa patut diacungi jempol agar (daya tampung) 5000-6000 anggota jamaah shalat merasa aman.

Keberadaan Masjid Raya, tidak sekadar jadi destinasi wisata syariah, tetapi juga memperkuat sisi religius masyarakat Minang. Banyak tokoh muslim lahir dari provinsi ini sehingga ghirah memakmurkan masjid dan mengembang agama sangat kuat.

Diharapkan keberadaan masjid memperkuat iman, ukhuwah Islam dan melahirkan kebersamaan untuk menjaga negeri dari pengaruh negatif asing serta memperkuat persatuan.***4***



[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer