Connect with us

News

Menakar peluang kuliah digital berkembang di Indonesia

Menakar peluang kuliah digital berkembang di Indonesia

[ad_1]

Dicanangkannya Revolusi Industri 4.0 serta merta menjadikan semua sektor mengubah paradigma dari konvensional menjadi digital, tidak terkecuali pada bidang perkuliahan yang memunculkan sistem jarak jauh secara dalam jaringan.

Semenjak masuknya era digital pada 2000an, sistem perkuliahan di perguruan tinggi tidak semata menghandalkan pena, buku atau tatap muka dengan dosen.

Lebih dari itu kampus mulai mengembangkan sistem komunikasi dan informasi multiarah yang tujuannya memberikan kemudahan dalam berkuliah kepada mahasiswa.

Mulai dari sistem informasi melalui pembentukan portal, pengumuman nilai melalui pesan singkat telepon genggam hingga sistem penggunaan bank data dalam perkuliahan.

Hanya saja sistem ini tidak semua dosen dan kampus menggunakannya, dominan dari 4.000 kampus negeri dan swasta di Indonesia sebagian besar masih melaksanakan kuliah secara konvensional.

Sejatinya sistem kuliah digital secara menyeluruh telah dilakukan oleh Universitas Terbuka yang dilaksanakan serentak di seluruh cabang Indonesia.

Menurut Koordinator Kopertis X Prof Herri, Universitas Terbuka (UT) menjadi pionir munculnya kuliah secara digital di Indonesia. Dikatakan digital yakni 100 persen karena memanfaatkan kecanggihan teknologi dan sistem komunikasi dalam jaringan.

Dengan mahasiswa UT yang tersebar di luar domisili kampus, mengharuskan dosen menjalin komunikasi jarak jauh melalui hubungan telepon atau aplikasi secara elektronik.

Pada perkembangannya UT menyusun sistem dengan pola multi arah untuk berkuliah mengganti tatap muka.

Pola inilah, kata Herri yang menjadi pemikiran Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi untuk memulai sistem kuliah secara digital pada beberapa kampus di Indonesia.

Alasannya jelas untuk memberi kemudahan kuliah sekaligus menjangkau seluruh masyarakat Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi di Indonesia.

Bisa dibayangkan kata dia, dari 250 juta jiwa perkiraan warga Indonesia, hanya tujuh juta jiwa yang terdaftar sebagai mahasiswa dalam perguruan tinggi.

“Itu pun sebarannya terpusat pada kota besar di daerah, sementara kota atau kabupaten lain cenderung minim,” ujarnya.

Ia menambahkan inilah yang menjadi sasaran dari Kemenristekdikti memunculkan program kuliah jarak jauh tersebut yakni menjangkau mahasiswa dengan akses sulit dan jauh dari kampus.

Bahkan untuk memuluskan langkah tersebut Kemenristekdikti menyiapkan 400 proyek pada tahun ini khusus bidang kuliah jarak jauh.

Persoalannya pada kampus, yakni menimbang pembiayaan guna menerapkan pola tersebut dalam perkuliahan.

Memang sejatinya secara akses diberi kemudahan dan jarak menjadi lebih dekat, hanya bagi kampus masih menmbang pengadaan barang secara dalam jaringan.

Bukan hanya itu bagi kampus di daerah seperti swasta, tentu juga menimbang penguatan sumber daya pengajar dan sebaran kualitas mahasiswanya.

Belum kuatnya sosialisasi terhadap kampus hingga ke pelosok menjadikan program ini seperti jalan di tempat.

Dia mencontohkan di wilayah pembinaannya di Sumbar, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau baru beberapa kampus yang telah mengajukan.

Meski Kopertis X telah menjalin kerja sama dengan Universitas Terbuka tetap saja animo kampus mengejar kuliah dengan sistem tersebut masih rendah.

Jelas ini bukan perkara mudah meyakinkan kampus memilih kuliah jarak jauh dalam jaringan, sebab sebagai gambaran di wilayah X belum ada kampus yang memiliki akreditasi A dari 250.

Selain itu dari 946 program studi yang tersebar, baru 15 prodi yang terdaftar akreditasinya bernilai A.

Hal ini mengindikasikan masih banyak kampus yang perlu memenuhi sarana prasarana serta sumber daya untuk mengadakan kuliah jarak jauh seperti itu.

Mengekor kampus dunia

Di sisi lain Herri menambahkan sasaran kementerian untuk kuliah jarak jauh ini juga meningkatkan daya saing dengan kampus luar negeri.

Selain berupaya pada pemerataan pendidikan tinggi di semua wilayah, antisipasi kementerian lebih pada penguatan teknologi dalam perguruan tinggi di Indonesia.

Sejauh ini kata Herri, beberapa negara tetangga telah sukses menggelar sistem perkuliahan tersebut seperti di Malaysia.

Bahkan di Malaysia dengan tenaga pengajar profesional dan berkualitas mampu menampung mahasiswa dari 34 di seantero Asia.

Dengan nama Asian e University, Malaysia dinilai sukses melaksanakan program jarak jauh seperti telekonferensi dengan lebih ribuan mahasiswa pada satu tempat.

Beberapa negara Eropa juga telah menggunakan sistem ini dalam perkuliahan, bahkan di beberapa kampus telah dikembangkan kuliah cepat dengan pergantian bidang yang berbeda.

Untuk nasional selain Universitas Terbuka beberapa kampus ternama seperti ITB dan Universitas Indonesia juga telah mulai mengembangkan sistem tersebut bekerja sama dengan kampus negara lain.

Di Kopertis X sendiri, Universitas Dharma Andalas di Padang tengah mengembangkan sistem tersebut dan Universitas Internasional Batam juga mulai bergerak ke arah itu.

Untuk memastikan penerapan sistem ini di kampus tentu membutuhkan pertimbangan lain bukan semata sarana prasarana dan sumber daya manusia. (*)

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘491803547646366’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘558190404243031’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=558190404243031”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer