News
Menyikapi Musibah Gempa dari Sudut Pandang Agama
[ad_1]
Oleh: Yudia Falentina, A.Md.
Minggu, 5 Agustus 2018 Lombok (NTB) diguncang gempa bumi berkekuatan 7 SR, konon getarannya sempat terasa hingga pulau Bali. Gempa susulan masih sering terjadi, bahkan hingga Rabu pagi tercatat 318 kali. Korban tewas hingga Rabu (8 Agustus 2018) 347 orang, 1.477 orang mengalami luka-luka dan 156.003 orang masih mengungsi. Bangunan yang rusak tercatat 42.239 unit rumah dan 458 bangunan sekolah. Begitu informasi yang disampaikan Bupati Lombok Utara Iwan Asmara kepada awak media. Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan gempa ini, merupakan jenis gempa dangkal yang bersumber dari aktivitas sesar naik Flores (Flores Arch Thrust) di kedalaman 15 km pada 18 km barat laut Lombok.
Indonesia termasuk negara rawan bencana, seperti Tsunami, gempa bumi, gunung meletus, kekeringan, angin kencang dan sebagainya. Ini terjadi karena letak geologis dijalur empat lempeng yang sering bergesekan. Secara geografis terletak pada dua samudra yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasisfik yang menyebabkan cuaca sering berubah-ubah.
Sebagai seorang muslim semestinya kita berkaca dari sudut pandang agama. Kita sadar seluruh bumi dan isinya adalah ciptaan Allah SWT, maka menggoncangkan bumi ini mudah bagiNya jika dikehendakiNya. Penyanyi legendaris Ebit G Ade telah menulis dalam lirik lagunya yang berjudul “Untuk Kita renungkan”.
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista… oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Lagu itu dulunya selalu terdengar ketika musibah melanda negeri. Tapi kini, suara emas itu jarang disiarkan di televisi. Tapi setidaknya dari untaian lagu tersebut kita bisa belajar, bahwa tragedi bencana apapun berasal dari pencipta. Allah telah berfirman dalam QS. Al Anam : 65 Katakanlah (wahai Muhammad) : Dia (Allah) maha berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada kalian keganasan sebahagian yang lain.
Dalam Alquran Allah SWT menjelaskan bahwa musibah yang terjadi di alam ini, berupa gempa bumi dan musibah lainnya disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat yang diperbuat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asyuura : 30 “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
Selanjutnya QS. An Nissa : 79 Allah menjelaskan Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.
Para ulama salaf telah mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal mesti diingat ketika musibah dan gempa bumi menghadang :
1. Sabar
Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan QS. An-Nahl : 96
2. Evaluasi Diri
Sebagaimana yang dicontohkan Khalifah Umar bin Khattab ra. Ketika gempa bumi terjadi, beliau segera evaluasi diri sebagai penguasa, apakah dalam menjalankan roda pemerintahan ada yang melanggar aturan Allah?
Umar pun mengajak rakyatnya untuk segera melakukan evaluasi diri, apakah diantara mereka ada yang bermaksiat? Juga mengingatkan kaum muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali.
3. Taubat
Saat terjadi gempa, gerhana, angin ribut dan banjir, hendaklah setiap orang bersegera bertaubat kepada Allah SWT, merendahkan diri kepadaNya dan memohon keselamatan dariNya, memperbanyak zikir dan istigfar. Sebagaimana Allah SWT mengingatkan kita dalam QS. Al Alaa: 14-15 Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan taubat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang.
4. Diajurkan memperbanyak sedekah dan menolong fakir miskin
Khalifah Umar bin Abdul Aziz saat terjadi gempa bumi di masa kepemimpinannya, segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Amma badu, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya.”
5. Pemimpin yang mengajak rakyatnya untuk ber amar maruf nahi mungkar
Sebab terselamatkannya manusia dari berbagai kejelekan adalah pemimpin kaum muslimin yang taat pada Allah, bersegera memerintahkan pada rakyatnya agar berpegang teguh pada kebenaran, kembali berhukum pada syariat Allah, juga hendakknya mereka menjalankan amar maruf nahi munkar.
Sesuai firman Allah dalam QS. At Taubah : 71 “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepa Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lgi maha bijaksana.
Allah turunkan Alquran sebagai pedoman bagi manusia. Ayat tentang penyebab datangnya bencana telah jelas adanya. Manusia yang masih mengatakan itu sebagai gejala alam, mungkin dia belum banyak membaca kitabNya. Gempa Lombok begitu dahsyat adanya. Apa sebab kita mesti bertanya, ada kesalahan apa hingga Allah begitu murka. Sudahkan pulau seribu mesjid itu sudah taat pada syariah Allah? Apakah jargon pariwisata halalnya telah berjalan sesuai dengan tuntunanNya, ataukah konsep halal itu telah tercoreng spiritualnya, hanya demi datangnya uang semata. Wallalhualam bishowab. (*)
Pemilik hobi membaca dan menulis ini lahir di Alahan Panjang 14 Juli 1982. Penulis merupakan ASN Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dan anggota grup menulis di beberapa komunitas menulis. Email: [email protected], Telp: 081363879196
PADANG – Kebakaran menghanguskan tiga Ruko dan 3 rumah warga di Depan Basko Mall Jalan Dr. Hamka No. 11 Air Tawar…
POLITIK – Politisi Demokrat Andi Arief dalam akun Twitternya menyebut bahwa pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra…
PADANG –Sedikitnya 170 ASN di lingkungan Pemerintah kelurahan se-Kota Padang pada Desember 2018 mendatang memasuki…
PASAMAN BARAT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman Barat (Pasbar) sosialisasikan Gerakan Masyarakat (Germas) Hidup…
POLITIK – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menerima Tanda…
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/id_ID/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=1208534375853801”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
[ad_2]
Sumber
Berita
Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon
[ad_1]
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.
Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.
“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).
“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.
Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.
“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.
Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.
“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.
Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.
“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.
Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.
[ad_2]
Sumber
Berita
Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon
[ad_1]
Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol
Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.
“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).
Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.
Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.
Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?
Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.
“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).
Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.
“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.
Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).
Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.
[ad_2]
Sumber
Berita
Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon
[ad_1]
Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.
Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.
“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.
Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.
Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.
“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.
“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.
Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.
Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.
Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.
“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.
[ad_2]
Sumber