Connect with us

News

Merangkul Millenial Untuk Kemajuan Ekonomi Islam

Merangkul Millenial Untuk Kemajuan Ekonomi Islam

[ad_1]

Oleh: Maisuna Zulfa, Jamilah, Riski Pratama, Ari Nugroho, Febri Wiranto

Sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam menerapkan ekonomi berbasis syariah. Pemerintah Indonesia pun cukup gencar dalam mengembangkan prinsip-prinsip ekonomi syariah melalui berbagai macam program kerja pemerintah. Millenial pun diharapkan bisa menjadi pendorong bagi Indonesia dalam mengembangkan kemajuan ekonomi syariah.

Menurut data BPS, milenial di Indonesia sebanyak 34.45% dari total penduduk yang berusia 15-34 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki usia produktif yang cukup besar sehingga memiliki potensi pasar yang menarik untuk diperhatikan pemerintah. Inilah mengapa pemerintah gencar dalam memajukan ekonomi yang berbasis syariah kepada milenial.

Pemerintah berusaha merangkul milenial untuk melakukan industri halal dlaam banyak sektor seperti fashion, dagang, hingga jasa. Tentu bukan tanpa alasan pemerintah mencoba merangkul milenial mengingat berdasarkan data Global Islamic Economy Indicator (GIEI), Indonesia berada di peringkat 10 sebagai konsumen industri halal. Pangsa pasar yang besar ini harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia menjadi produsennya khususnya bagi milenial.

Banyak cara yang dilakukan pemerintah dalam memajukan ekonomi syariah di Indonesia, beberapa diantaranya seperti mendorong wisata halal, investasi syariah, Fashion muslim, dan sebagainya.

Wisata halal salah satu cara pemerintah dalam memajukan ekonomi syariah di Indonesia. Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar mengatakan bahwa wisata halal yang dimaksud adalah apakah suatu destinasi itu ramah muslim seperti fasilitas dan pelayanannya yang ramah muslim.

Pemerintah sedang mencanangkan dan berusaha mengimplementasikan wisata halal melalui destinasi prioritas di Indonesia seperti yang dikatakan oleh Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan mengungkapkan serikatnya tengah mengembangkan wisata halal pada 10 wilayah. Namun ada lima daerah yang benar-benar menjadi prioritas, yakni Lombok, Nusa Tenggara Barat; Aceh; Sumatera Barat; DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

Dengan gaya hidup travelling yang sangat melekat pada para milenial, tentu pemerintah berharap milenial dapat menjadi konsumen utamanya. Dan juga, dengan keterampilan milenial yang beragam, diharapkan milenial dapat mengambil kesempatan dalam membuka usaha dari program pemerintah ini yang tentunya sesuai syariah islam mengingat program pemerintah yang satu ini mengusung konsep destinasi yang halal.

Pemerintah juga gencar melakukan pertumbuhan investasi syariah. Pada tahun ini, BEI menargetkan pertumbuhan minimal 100%. Sebagai informasi, sejak 2012 hingga kini jumlah investor syariah mencapai 47.000 investor. Bei memfasilitasi para calon nasabah dengan berbagai instrument investasi syariah dengan membuat lima instrumen, yakni saham, reksadana, sukuk, Efek Beragun Aset (EBA), Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA), dan Dana Investasi Real Estate (DIRE) Syariah.

Indah Nurhabibah, Specialist Ipot Syariah mengatakan, Sampai dengan pertengahan tahun 2019, jumlah investor Ipot syariah telah mencapai 15.000 orang. Mereka menargetkan akan mencapai 34.000 hingga akhir tahun 2019 mendatang dengan market share mencapai 31 persen. Dari sekian banyak investor tersebut, milenial merupakan jumlah yang dominan pada investor syariah.

Industri halal seperti fashion muslim, makanan, hingga jasa juga turut menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Pemerintah membidik milenial sebagai pelaku utama dalam hal ini. Saat ini, bagi para milenial, mengonsumsi produk halal bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga menjadi gaya hidup seperti berhijrah. Tentu ini merupakan potensi besar di industry halal untuk kemajuan ekonomi berbasis syariah.

Kini, milenial merupakan motor penggerak bangsa. Tidak dipungkiri bahwa milenial mendominasi sebagian besar pergerakan ekonomi dan banyak menjadi target untuk kemajuan ekonomi bangsa Indonesia. Maka dari itu, pemerintah berusaha merangkul milenial agar dapat memajukan ekonomi islam di Indonesia. (*)

Penulis adalah Maisuna Zulfa, Jamilah, Riski Pratama, Ari Nugroho, Febri Wiranto Mahasiswa Ekonomi Universitas Jambi

SOLOK — Tidak terima tanahnya masuk tanah konsolidasi, ratusan warga perumahan Griya Ampang Kualo Kecamatan Tanjung…

PADANG — Menyikapi tulisan oknum IMM yang ditulis di website IMM Sumbar terkesan menyudutkan Ketua Pemuda Muhammadiyah…

Oleh: Maisuna Zulfa, Jamilah, Riski Pratama, Ari Nugroho, Febri Wiranto

Sebagai negara yang memiliki penduduk muslim…

PADANG — Dinas Pariwisata (Dinpar) Sumatera Barat (Sumbar) kembali menggelar Bimbingan Tekhnis (Bimtek) peningkatan…

PASAMAN – Pertisiwa kebakaran melanda kawasan padat rumah penduduk di Kampung Banjar Masin, Jorong Murni Sontang,…

(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/id_ID/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=1208534375853801”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer