Connect with us

News

Pilpres, Hemofilia dan Luka yang Tak Pernah Kering

Pilpres, Hemofilia dan Luka yang Tak Pernah Kering

[ad_1]

Ilustrasi Pilpres 2019 (Foto: Dok. Istimewa)

Oleh: Hardisman, MD, PhD

Rabu 17 April 2019 ini kita telah menyalurkan hak suara kita untuk memilih Presiden-Wakil Presiden, DPD, DPR-RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Kota. Terutama sekali yang sangat dinanti-nantikan masyarakat Indonesia adalah memilih Presiden dan Wakil Presiden dambaannya.

Tidak banyak yang tahu, bahwa tanggal 17 April diperingati sebagai “Hari Hemofilia Sedunia”. Bahkan sebahagian besar dokter dan tenaga kesehatan lainnya juga sudah lupa. Sebuah momen yang bersamaan, tentunya bukan sebuah kebetulan semata. Ada tersirat makna yang dapat dipetik dari itu.

Rangkaian pemilu yang telah dimulai sejak masa sosialisasi dan kampanye yang diikuti dengan dukung-mendukung kandidat oleh para simpatisan, telah menyisakan cerita yang dapat ditelaah dengan analisis medis penyakit hemofilia.

Sekali merangkul dayung, tulisan ini juga mengajak pembaca untuk memahami sedikit tentang hemofilia.

Mengambil Hikmah dari Hemofilia

Hemofilia adalah suatu penyakit darah yang ditandai dengan pendarahan yang sulit atau tidak bisa berhenti jika seseorang mengalami luka. Pendarahan yang tidak dapat berhenti ini disebabkan karena proses pembekuan pada darah tersebut sangat lama atau tidak terjadi.

Secara normal, jika darah berada di luar dari pembuluh darah maka akan segera membeku. Proses ini melibatkan berbagai faktor pembekuan, baik yang terdapat dalam cairan darah ataupun faktor dari jaringan sekitarnya.

Namun pada orang yang mengalami hemofilia terdapat kekurangan satu atau beberapa faktor pembekuan. Secara Biomedik, yang lebih banyak kasusnya adalah hemifilia-A, karena kekurangan faktor pembekuan-VIII dan hemophilia-B karena kekurangan faktor pembeluan-IX. Akibatnya, apabila terjadi luka dan pendarahan, darah terus mengalir dan tidak bisa kering.

Kekurangan faktor pembekuan ini terjadi karena faktor genetik, yang mana terjadi abnormalitas gen penghasil faktor pembekuan. Gen penghasil faktor pembekuan ini terikat dengan kromosom X, sehingga kemungkinan terjadi pada laki-laki lebih banyak dari perempuan. Mutasi gen juga dapat terjadi, sehingga muncul hemifilia sebagaimana yang terjadi pada penyakit kanker dan autoimun.

Meskipun demikian, kasus hemofilia sangat jarang terjadi. Secara epidemiolgis angka kejadiannya hanya 1 dalam 5 ribu kelahiran pada laki-laki dan 1:10.000 pada perempuan. Namun apa bila terjadi, maka perlu kewaspadaan khusus terhadap anak atau penderita tersebut.

Selain dari luka yang sulit kering dan perdarahan yang susah berhenti, ada gejala lain yang sangat ditakutkan karena tidak bisa diduga. Orang yang mengalami hemofilia bisa terjadi perdarahan spontan saluran cerna, karena pergesakan makanan pada pristaltik usus tentu terjadi iritasi ringan. Namun pada penderita hemofilia dapat terjadi perdarahan dan berakibat fatal.

Gejala-gejala lain yang muncul adalah sering spasme salura kemih, nyeri persendian, mudah kelelahan dan lainnya. Semua ini terjadi karena setiap gerakan otot dan jaringan meninggal iritasi kecil atau besar, yang padanya terdapat perdarahan. Jika luka bahagian tubuh diluar dapat dicegah dengan baik, namun perdarahan mikro internal tentu sangat sulit dicegah.

Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menghindarkan penyakit ini adalah menjauhi segala faktor risiko lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya “mutasi genetik”, sebagaimana halnya dengan penyakit kanker yang sulit diperediksi.

Bila sudah ada predisposisi genetik dan kemungkinan hemofilia, maka hindarkan diri menjadi “terluka”, dan jauhkan segala faktor risiko yang menbahayakan diri.

“Move On” Menatap ke Depan

Hak suara telah disampaikan, saat ini semuanya mesti bersabar menunggu hasil yang sebenarnya. Versi perhitungan cepat berbagai Lembaga survei menunjukkan kemenangan salah satu kandidat. Perhitungan lembaga lain dan “real count” menunjukkan hasil yang berbeda. Hanya ada satu cara untuk mengetahui hasil yang sebenarnya, yaitu bersabar menunggu hasil dan pengumuman resmi dari KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Apapun hasilnya nanti, setelah ditetapkan resmi oleh KPU, itulah Presiden dan Wakil Presiden pilihan rakyat. Kandidat, tim sukses, para pendukung, dan segenap lapisan masyarakat yang menjagikan kandidat yang dipilihnya; semuanya harus menerima dengan syukur dan lapang dada.

Bagi kandidat pemenang, menjadi langkah awal untuk berbuat kebaikan bagi bangsa dan negara sebagaimana yang telah dijanjikannnya. Bagi masyarakat terutama pendukung, dimulainya momen untuk menagih janji-janji yang telah disampaikan kandidat tersebut selama masa kaampanye.

Kemenangan dalam pemilihan bukanlah sebuah kemenangan dalam mengalahkan lawan, namun kemenangan sebagai orang yang lebih mendapatkan kepercayaan rakyat Indonesia untuk menjadi pemimpin yang membawa arah kemajuan bangsa ini dalam lima tahun kedepan. Sehingga syukur akan kemenangan dimulai dengan langkah memulai pengabdian, bukan pesta kemeriahan yang menyakitkan rakyat yang sedang kesusahan.

Tak kalah pentingnya adalah sikap para pendukung yang nanti dinyatakan kalah. Kalah dalam pemilihan ini juga bukan kekalahan dalam pertempuran, namun adalah tidak diberi kepercayaan amanah oleh rakyat lebih banyak untuk memimpin negeri ini. Oleh karena itu, tim sukses dan masyarakat pendukung mesti menerima dengan lapang dada.

Jika terdapat kecurangan dan pelanggaran teruslah berproses sesuai hukum yang berlaku. Namun, jika nanti hasil telah dinyatraka sah, maka semuanya mesti melihat kedepan dengan langkah tegap tanpa perih dan luka bagaikan hemofilia.

Semakin ada beban dalam jiwa semakin terasa menyakitkan. Ibarat hemofilia, semakin kuat adanya faktor genetiknya, semakin kurang pula faktor pembekuannya, semakin berat pula risiko pendarahan dan gejalanya.

Mencegah luka adalah cara terbaik dalam hemofilia agar pendarahan hebat tidak terjadi. Bila ada luka, ia akan seperti hemofilia, pendarahan yang tak pernah kering, dan terus berdarah sepanjang masa. Dalam kondisi psikis, maka menciptakan ketenangan jiwa, syukur dan sabar adalah cara agar luka tidak menganga, yang akhirnya menimpa kesedihan dan perih yang tak berkesudahan. (*)


Penulis adalah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PESISIR SELATAN – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Pesisir Selatan menggelar acara Sosialisasi Fasilitasi dan…

PASAMAN BARAT – Dalam rangka menyambut Pemilu serentak, Sekretaris Daerah (Sekda) kabupaten Pasaman Barat, Yudesri,…

MENTAWAI – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Kepulauan Mentawai gelar Apel Patroli Pengawasan Anti Politik Uang…

MENTAWAI – Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu), Kecamatan Sipora Utara lakukan Pelatihan dan Bimbingan Teknis…

BUKITTINGGI – Dalam mempertanggungjawabkan kepada masyarakat atas kinerja selama tahun 2014 – 2019, Drs Rismaidi SH…

(function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0];if(d.getElementById(id))return;js=d.createElement(s);js.id=id;js.src=”http://connect.facebook.net/id_ID/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=1208534375853801″;fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}(document,’script’,’facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer