Connect with us

News

Ramadhan Bulan Transformasi – Minangkabaunews

Ramadhan Bulan Transformasi - Minangkabaunews

[ad_1]

Oleh : Emzalmi (Wakil Walikota Padang Non Aktif) — Allah Swt berfirman, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” dan “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha Penyayang kepadamu”.

(QS. Al- Baqarah: 195 dan An Nisa: 29).

Terhenyak saya menyaksikan tayangan langsung sebuah televisi swasta yang memberitakan pengeboman terhadap tiga gereja di Surabaya pada Minggu 13 Mei 2018. Lebih terkejut lagi, karena tak lama kemudian kembali diberitakan bahwa pelaku pengeboman adalah satu keluarga, suami, istri dan keempat anaknya.

Saya yakin, tragedi Surabaya yang terjadi hanya empat hari menjelang Ramadhan sungguh mengusik akal sehat kita semua, bagaimana mungkin seseorang berpikiran untuk meledakkan dirinya dengan melibatkan seluruh anggota keluarganya, karena setahu saya, tidak ada seorang guru pun yang mendidik murid-muridnya untuk berpikir bahwa membunuh diri itu bagus. Ajaran apa yang merasuk hatinya sehingga tega menghabisi diri, istri, dan anak-anaknya sendiri, karena seingat saya, tidak ada satu agama pun yang mengajari pengikutnya untuk menebar teror, ketakutan, atau kebencian.

Sulit saya membayangkan, seperti apa perasaaan keluarga ini pada hari-hari terakhir akan melaksanakan misi bom bunuh diri ini, apa kata si ayah pada anaknya, apa kata istrinya, dan apa pula kata anak-anaknya yang masih di bawah umur itu. Serupa apa pula perasaan keluarga korban yang terkena bom, padahal pagi itu mereka dengan suka cita pergi ke Gereja untuk beribadah.

Namun tak dapat dipungkiri, itulah kenyataan yang terjadi. Bahwa memang ada sebuah keluarga yang melakukan bom bunuh diri, bahwa Dita selaku kepala keluarga cenderung bersifat tertutup terhadap kegiatan warga sekitar, bahwa Dita diduga terlibat dalam suatu organisasi yang terkait dengan jaringan teroris ISIS. Berselang beberapa waktu kemudian, bom kembali meledak di Sidoarjo, Mapolrestabes Surabaya dan Mapolda Riau.

Kenyataan-kenyataan itu sudah sepatutnya membuat kita semakin waspada dan mengintrospeksi diri karena paham-paham radikal, ide-ide ekstrim rupanya tengah mengancam negeri ini.

Transformasi Ramadhan

Perilaku menebar permusuhan, kebencian, teror, apalagi bunuh diri tidak ada dalam ajaran Islam maupun agama lainnya. Pelaku kebiadaban ini tidak mewakili agama mana pun di dunia ini. Pemikiran radikal dan aksi ekstrem yang dilakukan teroris tidak bisa kita abaikan. Bulan suci Ramadhan merupakan masa yang pas untuk merenungi hal ini agar diri ini dapat bertransformasi menjadi lebih baik.

Saya mencatat paling tidak ada dua hal kunci transformasi diri terkait Ramadhan. Yang pertama adalah puasa, sebagaimana firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al- Baqarah: 183), kemudian yang kedua adalah Al-Quran, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)”. (QS. Al- Baqarah: 185).

Bagaimana puasa dan Al-Quran dapat mentransformasi diri?. Sebagaimana kita ketahui, puasa merupakan pertarungan diri kita dalam melawan hawa nafsu. Tidak saja menahan makan minum, kita diharuskan menjaga lidah, mata dan seluruh anggota tubuh kita dari perbuatan yang dapat mengurangi amal ibadah puasa Ramadhan. Menahan makan dan minum itu pada hakikatnya guna meningkatkan kapasitas diri kita selaku kaum Muslimin.

Ramadhan menjadi bulan bagi diri kita untuk ditempa agar dapat mengendalikan sifat-sifat buruk yang kita miliki. Lidah dijaga agar tidak menyakiti perasaan orang lain, tidak bergosip apalagi menyebar fitnah. Bibir senantiasa berucap yang baik dan mengucap zikir menyebut keagungan Allah SWT. Mata juga wajib dijaga dari melihat hal-hal yang dapat merusak iman. Demikian pula telinga, tangan dan kaki dipergunakan untuk melakukan segala perbuatan yang menambah kualitas diri kita. Hingga hati dan pikiran kita, agar membuang jauh rasa iri dan dengki serta sombong atau arogan. Artinya, Ramadhan melatih kita menjadi pribadi-pribadi yang cinta damai.

Al-Quran, adalah seluruh perkataan, perintah, dan larangan Allah Swt sebagai pedoman hidup di dunia ini. Yang namanya pedoman hidup, jelas mengandung kunci bagaimana kita meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Di Bulan Ramadhan, Rasulullah menganjurkan agar kita lebih banyak membaca, mempelajari, dan menghafal Al-Quran lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lainnya di luar Ramadhan.

Di sanalah letak transformasi itu. Berpuasa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membentuk pribadi yang berkarakter dan cinta damai. Demikian pula dengan memperbanyak aktivitas bersama Al-Quran selain menambah amalan Ramadhan juga membentengi diri dari perbuatan batil dan keji. Dengan kata lain, Islam adalah agama yang cinta damai yang mengutuk perbuatan zalim, keji, dan mungkar.

Kembali kepada ideologi radikal sebagaimana dibahas di awal artikel ini, maka selaku umat muslim langkah pertama kita adalah memanfaatkan Ramadhan tahun ini sebagai bulan introspeksi diri, mengembalikan kemurnian hati dan jiwa pada nilai-nilai Al-Quran yang secara tegas menolak segala hal yang buruk, mungkar, dan batil. Al-Quran yang sewaktu turun memberikan cahaya yang menyingkirkan zaman jahiliah, zaman kegelapan, atau zaman kebodohan tentu pada saat ini akan terus menerangi kita dan akan selalu memberikan petunjuk yang benar bagi orang-orang yang ingin mengamalkan Al-Quran.

Yang kedua, tiada bosan-bosannya saya menghimbau kepada kita semua, coba luangkan waktu untuk mencermati lingkungan sekitar khususnya para tetangga kita. Siskamling agar dapat dimaksimalkan, budayakan kembali berbincang-bincang, menanyakan kabar, atau mengirimkan makanan untuk berbuka puasa antar sesama tetangga. Bila ada hal-hal yang mencurigakan dengan aktivitas salah satu keluarga di lingkungan kita, janganlah takut untuk melaporkan pada aparat yang terkait setempat seperti ketua RT, RW, atau Lurah. Mudah-mudahan dengan demikian, kita dapat mengantisipasi sejak dini beraksinya kelompok-kelompok berpaham ekstremisme yang berkemungkinan dapat membahayakan diri kita atau orang lainnya.

Yang ketiga, menjadi sangat penting agar para aparatur pemerintah dapat meningkatkan pengawasan terhadap penduduk terutama pendatang baru di suatu wilayah. Petugas pendataan hendaknya secara rutin melakukan pembaharuan data penduduk, bila ada penduduk yang tertutup, tidak ingin menyerahkan identitas pribadi dan keluarganya maka segeralah berkoordinasi dengan pihak berwajib. Lurah maupun Camat harus lebih sering meninjau kondisi masyarakatnya, aktif menjemput “bola”, guna mengetahui dan mencarikan solusi lebih cepat terhadap keluhan, kekhawatiran, dan kecemasan warganya.

Bulan suci Ramadhan, kiranya menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan mawas diri dan merenungkan kembali ajaran-ajaran Islam yang sejatinya penuh damai sebagaimana firman Allah Swt di awal artikel ini, sehingga terjadilah transformasi dalam diri kita menjadi pribadi-pribadi Muslim yang kuat dan membawa berkah bagi alam semesta dan isinya. (****)

INTERNASIONAL – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan sikap politik pemerintah Indonesia tidak berubah meski…

PADANG PANJANG – Lagi-lagi, kecelakaan lalu lintas terjadi di wilayah hukum Polres Padang Panjang, tepatnya di Jalan…

BUKITTINGGI – President of Whita/Chairman of Whita Trade/Chairman of Whita Aplikasi Nusantara, Betha A.Djardjis…

BUKITTINGGI – Fakultas Pariwisata Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) kampus Kota Bukittinggi mengambil…

PADANG – CRT (27), yang sehari-hari bekerja sebagai penyiar radio asal Serang, Provinsi Banten diringkus anggota…



[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer