Connect with us

News

Ruhana Kuddus wartawati yang melampaui zaman

Ruhana Kuddus wartawati yang melampaui zaman

[ad_1]

Padang, (ANTARA) – Dua tahun menanti sejak diusulkan pada 2017, akhirnya pemerintah secara resmi menobatkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ruhana Kuddusm wartawati pertama asal Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang mendirikan surat kabar Sunting Melayu.

Terlahir dari pasangan Muhammad Rasyad Maharaja dan Kiam pada 20 Desember 1884, Ruhana merupakan perempuan Minang yang berjuang mengangkat harkat kaumnya yang ketika itu masih terpinggirkan.

Ia merupakan tokoh yang menjadi pelopor pergerakan perempuan pada masanya, fokus berjuang melawan ketidakadilan pada kaumnya pada masa itu.

Apalagi pada eranya, perempuan masih identik dengan urusan domestik yakni sumur, dapur, dan kasur, sedangkanpendidikan merupakan hal tabu.

Atas hal itu di kampungnya diKoto Gadang, sosok yang akrab disapa One berinisiatif membuka sekolah dan mengajar anak-anak membaca dan mengaji.

Ia pun mendirikan perkumpulan Kerajinan Amai Setia sebagai tempat pendidikan kaum perempuan di Koto Gadang pada 11 Februari 1911.

Lewat perkumpulan tersebut derajat kaum perempuan mulai terangkat karena menjadi tempat belajar menulis dan membaca, berhitung, keterampilan rumah tangga, agama dan akhlak, kepandaian tangan, menjahit dan menggunting, hingga menyulam, sebagaimana dikutip dalam Buku Rohana Kudus yang ditulis Fitriyanti.

Sejak saat itu, perkumpulan Kerajinan Amai Setia menjadi lembaga yang berhasil mengangkat harkat perempuan menjadi lebih terdidik.

Kerajinan Amai Setia juga berkembang menjadi usaha dagang hasil produksi perempuan dan pusat kerajinan rumah tangga di Koto Gadang.

Lembaga tersebut terus membesar hingga mendapatkan pinjaman modal dari bank, dan juga menjadi wadah simpan pinjam untuk perempuan dalam mengembangkan usahanya.

Akrab

Sejak kecil Ruhana sudah akrab dengan surat kabar karena ayahnya saat bertugas di Talu, Pasaman membelikannya surat kabar untuk terbitan Medan, yaitu Berita Kecil.

Ketika itu sebagaimana dikutip dari Tamar Jaya dalam Rohana Kudus Riwayat Hidup dan Perjuangannya menulis setiap sore,Ruhana kecil pergi ke tempat orang ramai berkumpul lalu membacakan surat kabar.

Bahkan, saat Ruhana berusia delapan tahun dan ditugasi mengasuh kedua adiknya, ia membaca surat kabar dengan lantang yang merupakan sesuatu yang luar biasa ketika itu karena hampir tak ada anak perempuan yang pandai membaca.

Kedekatan Ruhana dengan surat kabar menjadikan ia sebagai jurnalis perempuan pertama di Nusantara sekaligus pelopor media massa perempuan dengan mendirikan surat kabar Sunting Melayu pada 10 Juli 1912.

Penulis Sunting Melayu juga adalah kaum perempuan yang saat itu pendiriannya bekerja sama dengan Pimpinan Surat Kabar Utusan Melayu Dt St Maharaja.

Kiprah Ruhana membuka cakrawala baru dalam dunia jurnalistik sehingga ia tidak hanya dikenal sebagai sosok yang cakap mengajar namun juga tajam dalam menulis.

Selain itu, ia berhasil mengubah pandangan bahwa dunia jurnalistik ketika itu adalah dunia kaum lelaki.

Melalui surat kabar,Ruhana berjuang menyebar ide dan gagasan untuk mengeluarkan kaum perempuan dari keterbelakangan dan ketidakadilan, termasuk di bidang pendidik.

Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi Dr Silfia Hanani menilai penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepadaRuhana Kuddus menambah daftar perempuan Minang yang diangkat menjadi pahlawan.

“Ini bukan hanya karena perempuan semata, tapi karena prestasi dan gerakan yang dilakukannya,” ujar dia.

Menurut Silfia, usai penobatan gelar Pahlawan Nasional kepada Ruhanna maka hal penting yang harus diperhatikan adalah gerakan perempuan jangan sampai terhenti.

“Selama ini gerakan perempuan Minang sering tidak terdengar, ini harus terus berlanjut,” kata dia.

Selain itu, ia menilai dengan upaya mendirikan perkumpulan Kerajinan Amai Setia,Ruhana ingin membangun kemandirian bagi kaum perempuan.

Artinya, kata dia, ketidakberdayaan perempuan terjadi karena tidak kuat secara ekonomi, oleh sebab itu perempuan harus kuat secara ekonomi.

Ia menilai Perkumpulan Kerajinan Amai Setia dan Surat Kabar Sunting Melayu merupakan upaya yang dirintis Ruhanna agar perempuan bisa maju.

Lewat Sunting Melayu ditulis upaya mengeluarkan perempuan dari keterbelakangan dan dengan Kerajinan Amai Setia mandiri secara ekonomi.

Sejalan dengan hal itu, Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumatera Barat Nevi Zuairina mengapresiasi pemerintah yang telah menetapkan sosok inspiratif, jurnalis perempuan asal Sumatera Barat sebagai Pahlawan Nasional.

“Saya bangga dan gembira, kini pemerintah telah mengakui sesosok perempuan Sumbar, yang memiliki peran besar terhadap keterbukaan informasi dan kemajuan di bidang pendidikan,” kata dia.

Ia menceritakan perjuangan mengajukan Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional sejak Maret 2017 dan akhirnya kini ditetapkan sebagai jurnalis pertama perempuan Indonesia yang berasal dari Sumbar sebagai Pahlawan Nasional.

Istri Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno itu, berpesan anak-anak muda sekarang patut meneladani dan mengambil hikmah dari perjuangan sosok dan inspirasi Ruhana Kuddus.

Menulis, membaca, berbahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Latin, Arab Melayu dikuasai ketika usia belia ketika pendidikan tinggi bagi perempuan terlarang.

“Perjuangannya merupakan kekuatan jiwa dengan semangat memberi, bukan semangat mengambil,” katanya.

Ia menilai Ruhana Kuddus, bukan sekadar pahlawan di belakang meja karena turut memberikan sumbangsih mendirikan dapur umum bagi para pejuang.

Ruhana bukan sekadar pahlawan akibat suatutulisan, tetapi pahlawan yang turun langsung ke lapangan dengan segala kemampuannya.

Penobatan itumenjadi momentum bagi para pemuda Indonesia untuk mencontoh sosok Ruhana Kuddus dengan bertekad memberikan karya terbaik untuk negeri.

Ia berharap, ke depan akan muncul pahlawan-pahlawan baru dari anak bangsa yang memberikan sumbangsih bagi negara di tempat ia berada, pada waktu ia menjalankan kehidupannya.

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Barat menyatakan penobatan wartawati pertama di Indonesia, Roehana Koeddoes sebagai Pahlawan Nasional merupakan kado yang membahagiakan.

“Ini kabar gembira, karena setelah sekian lama menantikan kabar tentang penobatan Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional akhirnya dinobatkan oleh pemerintah,” kata Ketua PWI Sumbar Heranof Firdaus.

Perjuangan untuk mengangkat Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional sudah sejak lama dilakukan.

Bahkan, ada beberapa buku yang ditulis khusus tentang Ruhana Kuddus, sudah diadakan beberapa kali seminar, dan beberapa kunjungan dari Kementerian Sosial.

Ruhana Kuudus sebagai Pahlawan Nasional dapat dijadikan panutan oleh generasi muda saat ini.Ia telah mengorbankan harta benda untuk kepentingan umat dan khususnya bagi para perempuan.

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘491803547646366’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘558190404243031’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=558190404243031”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer