Connect with us

News

Sentuhan kearifan lokal, cara Ritno “melawan” pembalakan liar

Sentuhan kearifan lokal, cara Ritno "melawan" pembalakan liar

[ad_1]

Padang (ANTARA) – Menyuruh orang berbuat baik tidak terlalu sulit, tapi mengubah kebiasaan lama yang sudah turun temurun dan melekat di masyarakat agar dihentikan, jelas sarat perjuangan. Bukan persoalan mudah, bisa saja nyawa taruhannya. Apalagi seperti aksi pembalakan liar yang berkaitan dengan masalah pendapatan atau kelangsungan hidup.

Bahkan, aparat pun yang turun menghalau aksi ilegal di dalam hutan itu, belum tentu bisa berhenti secara total pembalakan tersebut. Jikapun ada yang sempat berhenti hanya seketika ada razia aparat saja.

Bila berharap berhenti untuk selamanya dengan razia aparat sangat tak mungkin. Jauh dari akal sehat, kecuali kalau kayu yang akan diambil atau ditebangi sudah habis dalam hutan dan lahan telah gundul.Akan tetapi, pada kenyataan memungkinkan pula dapat untuk dihentikan tindakan pembalakan liar selamanya, tentu bila tepat pendekatannya.

Sudah ada bukti, dan berhasil hingga kini aksi pembalak berhenti dan beralih profesi baru. Tanpa aparat dan tidak ada pengejaran serta razia, hanya melawan dengan “senjata” pendekatan kearifan lokal.

Hal ini yang dipelopori oleh Ritno Kurniawan mulai pada awalnya 2012 di Kampung kelahirannya yang kini bernama Nagari SalibutanLubuk Alung setelah pemekaran dari Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.

Ritno menceritakan awalnya setelah dirinya menyelesaikan studi di di UGM Yogjakarta pada 2011. Lalu, minta izin kepada kedua orangtuanya, bahwa ia ingin kembali ke kampung halaman.Sesampai di kampung, dirinya tidak pernah melamar pekerjaan, termasuk ikut tes CPNS meski ada dorongan orangtua. “Saya sangat mengerti harapan orangtua, tapi saya tidak minat jadi pegawai negeri maupun di swasta,” ujarnya.

Terkait punya dasar pengalaman pramuka waktu sekolah, sehingga aktivitas sering masuk keluar hutan yang ada di sekitar kampung.Keprihatinan kian menusuk batin melihat kayu-kayu besar dalam hutan telah tumbang. Sebagian besar ketika berjalan dalam hutan hanya yang ditemukan tunggul kayunya saja. Begitu juga kayu gelondongan dihanyutkan melalui aliran Sungai Batang Salibutan dalam kawasan hutan itu.

Hampir setiap hari suara mesin chain saw(mesin pemotong kayu) terdengar di kawasan hutan dekat kampung. Perkampungan ini termasuk terisolir karena jauh dari akses jalan utama.Suatu ketika saat masuk kawasan hutan dekat Bukit Barisan itu, ditemukan titik Nyarai dengan air terjun yang begitu indah dan menakjubkan.

“Saya, tercengang. Bahkan berpikir, andaikan obyek Nyarai ini di tempat orang lain, kawasan ini sudah jadi obyek wisata andalan,” kata Ritno.

Sejak ditemukan tirik kawasan Air Terjun Nyarai itu, Ritno melakukan sharing dan diskusi denganpemuda kampung untuk menyamakan pandangan. Begitu pula pendekatan kepada pemuka masyarakat dan tokoh adat di nagari (desa adat, red). Meminta pendapat dan ingin ada pandangan dari para tetua kampung.

Sebab, dalam hidup bermasyarakat di kampung atau nagari, tak lepas dari sistem adat yang telah digariskan termasuk soal sopan santun dan tata kerama.Dimana sistem adat menggaris, bahwa orang yang sebaya atau seusia mesti dijadikan teman atau tempat diskusi. Sedangkan orang termasuk tua atau pemuka masyarakat harus dihormati. Yang kecil disayangi, itulah sistem pergaulan dalam nagari.

Jadi, kata Ritno, pendekatan ke berbagai elemen masyarakat itu, tujuannya agar mendapatkan dukungan dalam pengembangan kawasan Air Terjun Nyarai dalam kawasan hutan tersebut.

Gagasan yang dipelopori Ritno membutuhkan keterlibatan banyak elemen masyarakat. Upaya itu, satu cara untuk menjaga lingkungan dan desa yang tertinggal di pelosok ini punya sesuatu yang bisa dikenal banyak orang.Niat baik yang dijalankan, kata Ritno bukan berarti berjalan mulus saja. Mulai dari penolakan sebagian masyarakat, termasuk pihak keluarga sendiri.

“Mengapa kuliah jauh-jauh kalau kerja hanya masuk hutan tanpa jelas pendapatan,” kira-kira demikian ungkapan orangtua waktu awal-awal itu, kata Ritno.

Ia tidak menyangga apa yang disampaikan orangtuanya, faktanya memang demikian. Namun, tak mengendurkan semangatnya pula untuk terus mengembangkan Nyarai menjadi salah satu obyek pilihan wisatawan pada satu saat nanti.

Masih ada energi untuk menguatkan diri Ritno, karena istrinya (Sukmaweti) dan pihak keluarga istri tidak memperlihat penolakan. Kendatipun kala itu, Ritno belum punya pekerjaan tetap dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

“Waktu awal saya mulai bergerak mempelopori Nyarai itu, istri saya sedang hamil anak pertama kami. Aktivitas istri sebagai tenaga pengajar taman pendidikan Alquran dan menulis juga,”ungkapnya.

Kendati hidup masih pas-pasan, namun misi ingin membuka kawasan Nyarai menuju kawasan ekowisata tetap berjalan. Arus perlawanan masih terus dihadapi, bukan dengan fisik tetapi dalam bentuk tindakan kerja nyata.

“Bentuk penolakan dan perlawanan, ya.. ada berupa fitnah, ada juga ancaman dan teror pernah juga dialami,” kata Ritno mengingat kenangan awal menemukan destinasi minat khusus itu.Bahkan, tambah dia, ada yang ingin mengusir dirinya dari kampung. Betapa tidak, banyak orang yang terusik ketika awal dimulainya gagasan itu.

Kemudian, malahan ada yang menilai apa yang digagas Ritno adalah bagian dari mata-mata atau informan dari aparat keamanan.”Mata pencarian masyarakat banyak dari hasil hutan, tapi cara yang ilegal dengan aksi pembalakan. Hal itu sudah berlangsung secara puluhan tahun,”ujarnya.

Sebab, sudah terparti dalam pandangan masyarakat, bahwa di kawasan hutan hanyalah kayu satu-satu yang dianggap sebagai sumber pendapatan. Tanpa melihat flora dan fauna serta potensi lainnya yang bisa membawa berkah.

Mindset masyarakat itu, kata Ritno, sangat disadari pula, karena faktor masih terbatas Sumber Daya Manusia (SDM) di nagarinya tentang pelestarian lingkungan.Masyarakat kampung menyadari pembalakan kayu secara liar punya risiko, tapi sulit untuk keluar dari lingkaran usaha itu. Karena tak ada pilihan usaha lain sebagai mata pencaharian.

Ritno terus menjalankan gagasanuntuk merintis keelokan alam karunia sang Khaliq itu, tanpa menghiraukan banyak penghalang tersebut.

Pria kelahiran 3 Mei 1986 itu, menguburkan dan menaklukkan ego dalam diri dan menguatkan tekadnya.Kendatipun sebagai sarjana Pertanian di perguruan tinggi ternama, demi menjalankan gagasan untuk kemaslahatan jangka panjang tak ada kata putus asa.

Sosialisasi demi sosialisasi termasuk ke perangkat nagari dan berbagai kalangan mulai mendapatkan respon positif, beberapa pemuda mulai sepaham dan sama pandangan dengan dirinya.

“Sekitar tiga sampai lima orang awalnya kawan-kawan pemuda sudah sama pandangan. Secara adat sudah diizinkan, baru berlahan mulai dibuka kawasan Nyarai, dibuat jalur tracking sepanjang 5,5 kilometer pada 2013,” katanya.

Waktu terus berjalan, aktivitas pembukaan jalur tracking dan pembersihan kawasan Nyarai terus pula berlangsung. Termasuk upaya untuk mengajak masyarakat yang selama ini aktivitasnya sebagai pembalak liar ikut terlibat.

Namun, tuntulah tidak mudah merangkul mereka, tapi berlahan satu bersatu mulai sepaham dan ikut berperan.Obyek Air Terjun Nyarai itu, ternyata berada dalam kawasan yang statusnya Hutan Lindung (HL) luasnya lebih kurang 1.800 hektare.

Lulusan Pertanian UGM Yogyakarta itu, terus mencari celah denganmendatangi Dinas Kehutanan di Kabupaten Padang Pariaman untuk mendapatkan izin.Setelah mendapat dukungan instansi terkait dan dilanjutkan pengurusan izin oleh dinas ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI agar kawasan hutan tersebut bisa turun status menjadi Hutan Nagari.

Sembari proses pengurusan izin untuk peralihan status hutan terus berjalan, aktivitas pembukaan dan pembersihan terus berlangsung.Jumlah anggota terus bertambah juga melihat keseriusan dan obyek ini mulai diketahui dan pengunjung sudah berdatangan.

Selain itu, Ritno juga mencari informasi dari instansi di Kabupaten Padang Pariaman untuk pengelolaan obyek wisata berbasis masyarakat.Ketika itu, mendapatkan saran dan masukan dari Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Padang agar membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pada 2013.

Mereka sepakati Pokdarwis diberi nama LA Adventure, yang melekatkan nama daerah (Lubuk Alung/LA) dan Adventure adalah bentuk wisatanya sendiri yang petualangan.Menuju destinasi satu ini dari Pos Utama berjalan kaki lebih kurang 5,5 km hingga ke titik Air Terjun Nyarai, kata Ritno.

Masih Eksis dan Berkelanjutan

Pria punya dua anak (Fatiha dan Nabhan) itu, sejak awal sudah berembuk tentang sistem pengelolaan obyek wisata Nyarai. Begitu pula dengan hasil dari pemasukan yang diterima dan honor bagi pemandu.

Ritno menjelaskan, sejak awal sudah dibuat sistemnya dalam bentuk bagi hasil. Mulai dari hak pemilik tanah, hak nagari (desa adat, red) hak posyandu, hak pengurus dan hak pemandu.Jadi, sudah ditentukan persentasenya dan khusus untuk pemandu honor bagi yang pemula Rp80.000 per hari, sedangkan pemandu yang senior lebih besar sedikit dari pemula.

“Kalau sejakawalnya sudah berjelas-jelas, enak dalam perjalanannya dan tidak saling mencurigai sehingga bisa berkelanjutan,” ujarnya.

Ritnopun mengungkapkan, mulanya para pemandu belajar secara otodidak saja dan belum pernah mendapatkan pembekalan dan pelatihan khusus.Bahkan, dirinya sendiri belajar melihat pada youtube, dan teman-temannya belajar otodidak, artinya melihat ke pemandu yang sudah lebih awal.

Destinasi minat khusus ini makinbooming dua tahun kemudian atau sekitar tahun 2014, tak hanya di Sumbar, tapi di provinsi tetangga. Dampaknya pengunjung bisa sampai 1.000 orang dalam sepekan, bahkan lebih.

Justru itu, pemandu dibutuhkan keprofesionalan, maka para pemandu perlu dibekali dan mendapatkan lisensi dari organisasi resmi.Kini jumlah pemandu pada Pokdarwis LA Adventure sebanyak 168 orang, terdapat 55 orang sudah mengantongi lisensi atau sertifikat dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI).Juga sudah ada 10 di antaranya memegang sertifikat internasional untuk extreme adventure dari National Geographic.

“Ya, benar hampir 80 persen dari para pemandu di LA Adventure masyarakat yang awalnya sebagai pembalak kayu secara liar,” ujarnya.

Perkembangan destinasi obyek wisata minat khusus ini terus berlanjut, sehingga dengan kesadaran sendiri dan sukarela masyarakat turut bergabung dan mendukung.Apalagi pembagian dari hasil pengembangan wisata alam ini jelas dan ada sumber pendapatan disana.

Eksisnya pengelolaan dan pengurus Pokdarwis, menurut Ritno, tidak terlepas dengan dirumuskan sistemnya sejak awal.Kemudian masyarakat baik yang terlibat langsung dalam pengelolaan maupun tidak, kian merasakan dampaknya.

Bahkan dengan pengembangan destinasi obyek wisata Air Terjun Nyarai, sedikitnya sudah Rp5 miliar dari pemerintah yang dikucurkan hingga kini ke Nagari SalibutanLubuk Alung.Pokdarwis yang dipelopori Ritno, meraih penghargaan dari Kementerian Pariwisata RI pada 2014 karena pengembangan wisata berbasis masyarakat dan membawa perubahan signifikan.

Ritno pun tidak ingin selamanya masyarakat tergantung pada gerakannya, maka Pokdarwis LA Adventure sudah diarahkan untuk mandiri.Pada 2016 Ritno melepaskan diri sebagai pengurus, dan pembagian persentase untuk kepengurusan dan nagari ditiadakan.Meskipun Ritno mendorong Pokdarwis untuk mandiri, tapi usaha sendiri yang dijalaninya tetap mendukung destinasi minat khusus itu.

“Saya sudah buat usaha sendiri, yakni jasa untuk sarana atau fasilitas arung jeram,” ujar suami mantan jurnalis itu.

Dengan membuka usaha sendiri itu, juga bisa melibatkan tenaga kerja lainnya dari pemuda kampung.Kemudian, suatu kepuasan tersendiri juga bagi Ritno, kini kawasan hutan yang berstatus HL sudah turun statusnya menjadi Hutan Nagari, karena telah disetujui Kementerian LHK.

Prestasi dan Berbagi Pengalaman

Tanpa membayangkan rewarddari aktivitas “melawan” aksi pembalakan liar untukpengembangan obyek wisata minat khusus dan pelestarian lingkungan itu pada mulanya.Namun, aksi nyata yang dilakukan Ritno Kurniawan bersama masyarakat tetap dilirik banyak pihak termasuk di luar Sumatera Barat.

Ternyata bisa meraih penghargaan dari Kementerian Pariwisata RI pada 2014, dan Pokdarwis LA Adventur kembali meraih prestasi pada 2016, juara 1 Asosiasi Outdoor Eropa (EOCA).

Ritno Kurniawan menerima penghargaan sebagai pemuda inspirasi bidang lingkungan dalam program SATU Indonesia Awards 2017. (Istimewa)

Kemudian Ritno mendapatkan informasi adanya program Semangat AstraTerpadu UntukIndonesia Awards pada 2017. Program SIA merupakan inisiasi Astra Internasional Tbk, yang menjaring generasi muda Indonesia di bidang kesehatan, lingkungan, pendidikan dan kewirausahaan serta teknologi.

Pemuda yang di jaring dalam program SATU Indonesia Awardsdengan batas umur 30 tahun itu, bagi yang memiliki program atau gagasan dilaksanakan dapat menginspirasi banyak orang. Bukan yang biasa-biasa saja.

Ritno masuk jadi pemenang pada kategori lingkungan pada 2017. Persaingan cukup ketat karena ribuan peserta ikut dari Sabang hingga Meroke. Dewi fortuna berpihak pada Ritno sehingga bisa terpilih dan menyisihkan peserta lain dalam kategori yang sama. Akhirnya Ritno mendapat rewads dari Astra Internasional.

Bagi calon peserta SIA untuk mendaftar tidak sulit, cukup nama lengkap disertai tanggal, bulan dan tahun lahir. Lalu dilengkapi dengan ringkasan kegiatan yang dilakukan, tambah beberapa foto kegiatan untuk pendukung dalam formulir.#KitaSATUIndonesia #IndonesiaBicaraBaik

Namun, bila masuk tahap berikutnya, maka tim panitia akan meninjau langsung ke lapangan. Setelah hasil kunjungan lapangan tim penilai, dan kalau layak masuk tahap berikutnya, maka harus presentasi dihadapan para juri profesional dibidangnya.

Prestasi demi prestasi baik untuk Pokdarwis maupun secara individu diraih Ritno, telah melenyapkan prasangka elemen masyarakat. Namun, beralih dipuja dan menjadi sang inspirasi bagi kaum muda, bukan saja di kampung dan kabupatennya serta provinsinya.Sejak dinobatkan sebagai pemuda inspiratif dalam Program SIA Astra 2017, Ritno banyak mendapatkan undangan untuk berbagi pengalaman.

Ritno diminta berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pelestarian lingkungan dengan pengembangan wisata alam berbasis masyarakat.

“Saya sering dapat undangan untuk kasih materi ke Pekanbaru, Jambi, Sumatera Utara dan juga ke sejumlah provinsi lainnya,”sebutnya.

Kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas serta niat baik dan tanpa putus asa, tiada rasa dendam sehingga pada akhirnya berbuah manis untuk kemaslahatan masyarakat banyak.Mengandalkan kekuatan pendekatan kearifan lokal diiringi dengan tindakan nyata, dan melawan dengan tanpa senjata, tak setetes pun darah menetes. ***

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘491803547646366’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘558190404243031’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=558190404243031”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer