Connect with us

News

Wisata halal bakal jadi masa depan Pariwisata Sumatera Barat

Wisata halal bakal jadi masa depan Pariwisata Sumatera Barat

[ad_1]

Padang (ANTARA) – Wisata halal menjadi topik panas pada Oktober 2019, terutama setelah munculnya aksi penolakan masyarakat di Danau Toba, Sumatera Utara. Konsep yang disebut sebagai upaya pengkotak-kotakan itu, diprotes dengan cara keras, menggelar festival babi.

Pro kontra hingga perang tagar di jagad twitter pun terjadi mengiringi adu opini tentang konsep wisata halal yang sejatinya telah dikembangkan secara lebih serius oleh Kementerian Pariwisata sejak 2014.

Padahal wisata halal bukanlah wisata syariah, atau wisata yang menerapkan secara penuh syariat Islam. Wisata halal hanya strategi pemasaran untuk menarik kunjungan wisatawan muslim dengan menyediakan kebutuhan beribadahnya selama berwisata.

Artinya, daerah tujuan wisata menyediakan tempat untuk sholat, tempat berwudlu yang bersih, ada penunjuk arah kiblat di hotel, tempat menginap yang bersih dan tersedianya makanan higienis serta halal. Itu saja.

Dengan tersedianya fasilitas itu, diharapkan wisatawan muslim akan lebih nyaman saat berwisata ke destinasi unggulan karena ibadahnya tidak sampai tertinggal saat berwisata.

Membidik wisatawan muslim adalah sebuah keniscayaan bagi Kementerian Pariwisata, karena menurut data Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, jumlah wisatawan muslim di seluruh dunia pada 2030 akan berjumlah 320 juta!

Angka yang fantastis. Indonesia tentu harus bisa memanfaatkan seluruh potensi yang ada untuk bisa mendapatkan “potongan kue” paling besar dari jumlah itu karena berdasarkan penilaian versi GMTI 2019 Indonesia menduduki peringkat pertama destinasi wisata halal dunia, bersanding dengan Malaysia, dengan total skor 78.

Kalau tidak memiliki strategi yang “manjur”, “kue” itu akan dibagi-bagi oleh Malaysia, Turki, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Atau negara-negara lain yang menjadi 10 besar destinasi wisata halal dunia seperti Qatar, Maroko, Bahrain, Oman dan Brunei Darussalam.

Konsep wisata halal adalah salah satu strategi yang dirancang Kementerian Pariwisata untuk bersaing dalam pasar wisatawan muslim dunia tersebut. Namun mungkin, sosialisasi konsep itu yang belum maksimal terutama di daerah sehingga muncul pemahaman yang berbeda-beda. Bias bahkan mengarah ke SARA.

Pada sebuah perbincangan tentang wisata halal beberapa waktu lalu, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyebut perlu adanya strategi semacam “story telling” untuk mensosialisasikan konsep wisata halal itu.

Perlu dirancang sebuah pengertian dan pemahaman yang sama, yang terkonsep dan mudah dipahami dan kemudian dibakukan tentang wisata halal sehingga siapapun nanti yang akan berbicara, mengkomunikasikan atau mempromosikannya, konsep itu tidak berubah-ubah.

Posisi Sumatera Barat dalam konsep Wisata Halal

Sumatera Barat merupakan satu dari 10 Destinasi Halal Prioritas Nasional tahun 2018 yang mengacu standar GMTI. Daerah itu bersanding dengan Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), Lombok, dan Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).

Namun jauh sebelum itu, geliat wisata halal sebenarnya sudah terjadi di Sumbar terutama setelah berhasil meraih dua penghargaan dari The World Halal Tourism Award 2016 yaitu World’s Best Halal Destination dan World’s Best Halal Culinary Destination.

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menegaskan wisata halal adalah masa depan pariwisata provinsi itu. Ia akan jadi payung besar untuk mewadahi model wisata lain seperti Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition” (MICE) atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran.

Komitmen itu tidak main-main. Pada Kamis (28/11) Pemprov bersama DPRD Sumbar mensahkan aturan pendukung wisata halal di daerah itu yaitu Peraturan Daerah (Perda) Penyelenggaraan Wisata Halal.

Perda itu menurut Nasrul Abit akan menjadi payung hukum untuk pengembangan wisata di Sumbar untuk ke depan.

“Wisata halal adalah masa depan pariwisata Sumbar,” katanya.

Sebagai daerah yang memiliki falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah atau adat bersendikan agama, agama bersendikan Alquran, konsep wisata halal sejatinya telah merasuk dalam sendi kehidupan masyarakat di Sumbar.

Hampir semua kuliner yang ada di daerah itu adalah halal, kecuali beberapa hal yang bersifat khusus karena adanya keragaman etnik dan agama. Namun untuk legalisasi, Pemprov Sumbar mendorong usaha kuliner mengurus sertifikasi halal dalam konteks mendukung konsep wisata halal.

Sejauh ini sudah ada 22 tempat kuliner yang telah mendapatkan sertifikasi tersebut diantaranya RM. Pongek Or Situjuah, Resto Hotel Rangkayo Basa, Resto Hang Tuah, RM. Pasia Piaman, RM. Pak Datuk, RM. Famili Raya Indah, Resto Grand Inna Padang, Restoran Hotel Emersia, Rujak Panorama, RM. Simpang Raya Bukittinggi.

Banua Lounge BIM (PT. Banua Agung Hanitama), RM. Lamun Ombak, Sate Mak Syukur, RM. Sari Raso, RM. Simpang Raya, RM. GON Raya Lamo, Restoran Hotel Ox Ville, Restoran Hotel Fave, Restoran Hotel Bunda, Restoran Hotel Mangkuto, RM. Silungkang dan RM Hoya.

Nasrul Abit menyebut ke depan jumlah tempat kuliner yang bersertifikasi halal itu akan terus ditingkatkan jumlahnya.

Rumah ibadah juga merata terdapat di hampir seluruh destinasi wisata sehingga wisatawan muslim bisa dengan mudah untuk beribadah. Demikian juga sarana pendukung seperti hotel, sudah mendukung untuk konsep wisata halal.

Satu yang masih harus menjadi fokus perhatian adalah tempat berwudhu dan toilet di destinasi wisata yang harus bisa dijaga kebersihannya. Selama ini, hal itu seakan luput dari perhatian.

Promosi dan penetrasi pasar yang jelas

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Novrial menyebutkan promosi menjadi pendukung utama dalam pengembangan pariwisata, yang harus dilakukan dengan strategi yang tepat pada pasar yang tepat pula.

Ia menyebutkan untuk wisatawan mancanegara, rata-rata yang berkunjung ke Sumbar setiap tahun sekitar 57 ribu orang. Sementara untuk wisatawan nusantara sekitar 8 juta orang.

Jika konsep wisata halal itu untuk menarik wisatawan asing untuk datang, maka pasar yang paling tepat adalah Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara wisatawan asal Timur Tengah yang digadang-gadang menjadi pasar terbesar wisata halal, ternyata lebih memilih Bali dan Bogor.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Sumbar, dari 57 ribu kunjungan wisatawan mancanegara setiap tahun itu sekitar 70 persen diantaranya berasal dari Malaysia. Karena itu harus diakui, pasar terbesar untuk wisata Sumbar sekarang adalah turis dari Malaysia.

Sementara potensi untuk turis asal Brunei terkuak saat Dinas Pariwisata Sumbar menggelar Famtrip untuk travel agen, influencer dan media asal Brunei baru-baru ini. Karakter turis Brunei yang tidak ingin meninggalkan ibadah saat berwisata sangat cocok dengan konsep wisata halal yang dikembangkan Sumbar.

Apalagi turis Brunei juga suka belanja. Hampir tiap kesempatan mereka berbelanja, termasuk di gerai UMKM sehingga manfaat langsungnya akan dirasakan oleh masyarakat.

Ketua Asosiasi Pengusaha Perjalanan Wisata (ASITA) Sumbar Ian Hanafiah menilai selama ini promosi yang dilakukan oleh Sumbar terutama untuk wisata halal memang masih belum maksimal. Akibatnya, wisatawan mancanegara, termasuk Timur Tengah jika bicara Pariwisata Indonesia baru hanya mengenal Bali. Sehingga daerah tujuan wisatanya hanya ke sana.

Ia menilai jika promosi wisata halal Sumbar lebih digencarkan, wisatawan Timur Tengah juga akan mulai melirik Sumbar.

Melibatkan masyarakat dalam pengembangan pariwisata

Pengembangan pariwisata selalu dikaitkan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun seringkali masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pengembangan maupun pengelolaan sebuah destinasi atau even wisata. Masyarakat hanya menjadi penonton dan tidak mendapatkan apa-apa secara langsung.

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan ke depan masyarakat harus lebih dilibatkan agar bisa merasakan efek langsung dari pariwisata yang ada di daerahnya. Dengan demikian, masyarakat juga akan merasa memiliki dan mendukung pengembangan destinasi mapun even yang dikemas.

Ia optimis dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari semua pihak, wisata halal akan menjadi masa depan perekonomian Sumbar. *

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘491803547646366’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘558190404243031’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=558190404243031”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer