Connect with us

News

Menantang maut di jalur Sitinjau Laut

Menantang maut di jalur Sitinjau Laut

[ad_1]

Padang (ANTARA) – Sudah menjadi rahasia umum di kalangan sopir truk dan bus jalur Sitinjau Laut yang merupakan jalan nasional menghubungkan Kota Padang, Sumatera Barat dengan Kabupaten Solok, bahwa rute itu dikenal sebagai momok yang menakutkan.

Tanjakan yang ekstrem, turunan tajam, tikungan maut, jurang yang menganga di sisi jalan hingga ancaman longsor dari perbukitan pada jalan dengan panjang 15 kilometer menjadi tantangan yang harus ditaklukan para pria sejati pemegang kemudi.

Sore itu ditemani secangkir kopi sembari menghisap sebatang rokok, Usman, salah seorang pengemudi truk tengah bersiap berangkat membawa muatan berisi hasil bumi ke Jakarta.

Sebenarnya sejak siang semua barang yang akan dibawa sudah selesai dimuat, akan tetapi ia memilih berangkat selepas isya dengan alasan berangkat siang cuaca terlalu panas.

Jika memaksakan diri berangkat siang hari, salah satu risiko yang harus dihadapi adalah ban kendaraan rawan meledak karena panas.

Selain itu, karena akan melewati Sitinjau Laut salah satu jalur yang dikenal berat, berangkat malam adalah pilihan karena dirasa lebih aman dan kendaraan dari arah lawan lebih terlihat dengan adanya cahaya lampu

Tak lupa, sebelum berangkat, Usman yang membawa muatan dengan berat sekitar 35 ton tersebut memastikan lagi kendaraannya dalam kondisi prima.

Ia mengecek ulang air radiator, tekanan angin ban, dan memastikan rem benar-benar berfungsi. Menempuh perjalanan ke ibu kota negara kali ini hanya dilakukan seorang diri karena sudah terbiasa dilakoni.

Kadang, sesekali ia ditemani ponakan sebagai teman di perjalanan. Namun, sore itu ponakannya tidak bisa ikut berangkat.

Butuh waktu setidaknya empat hingga lima hari di jalan untuk sampai Jakarta dengan jarak tempuh sekitar 1.330 kilometer.

Berangkat dari Padang selepas isya tantangan pertama yang harus ditaklukan Usman adalah tanjakan Panorama I Sitinjau Laut. Tanjakan berbentuk huruf U tersebut dikenal terjal dan pada sisi kiri kemiringannya sekitar 30 derajat.

Kendati jalannya cukup lebar mencapai sekitar 16 meter, bagi yang tak biasa melewati bisa-bisa kendaraan “kehabisan napas” atau mati mesin di tengah tanjakan.

Beruntung di Panorama I selalu ada Petugas Pos Kamling Jalan Raya (PKJR) yang senantiasa siaga membantu mengarahkan kendaraan yang melewati area itu.

Kehadiran PKJR di Panorama I amat membantu sopir truk dan bus karena biasanya mereka akan menyetop kendaraan dari arah berlawanan untuk memberi kesempatan kepada pengemudi truk melibas tanjakan.

Tidak ada pilihan lain selain persneling satu bagi para sopir truk untuk melahap tanjakan di Panorama I Sitinjau Laut. Biasanya mereka memilih mengambil jalur ke kanan agar lebih landai sehingga kendaraan lajunya lebih mudah.

Di sini peran petugas PKJR vital karena menyetop kendaraan dari arah atas memberi kesempatan truk dan bus yang mendaki.

Jika di tengah pendakian truk “kehabisan napas”, dengan cekatan petugas PKJR menyiapkan pengganjal ban kendaraan mulai dari kayu balok hingga bongkahan batu besar. Setelah ban belakang kendaraan diganjal, baru kendaraan bisa mencoba ulang menaklukan tanjakan.

Tak jarang dijumpai di tengah tanjakan kendaraan mengalami kerusakan, mulai dari mati mesin, pecah ban, hingga patah as sehingga harus berhenti di tengah.

Tentu saja hal ini menjadi masalah baru karena ruang gerak kendaaran lain yang hendak lewat menjadi lebih sempit. Bahkan, masalah itu menyebabkan antrean panjang karena kendaraan hanya bisa lewat satu jalur.

Yang lebih ekstrem, terkadang di Panorama I juga ada truk yang membawa minyak sawit atau semen curah yang muatannya tumpah ke jalan.

Akibatnya, jalan menjadi licin dan tak jarang kendaraan yang melewati menjadi selip ban, biasanya solusi yang dilakukan adalah menabur bubuk sekam sehingga jalan menjadi kasar.

Kendaraan melewati panorama I Sitinjau Laut pada Sabtu( 6/4) (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi)

Sebaliknya jangan kira bagi mereka yang berkendara dari arah Solok menuju Padang akan bisa dengan mudah melewati jalur Sitinjau Laut dengan asumsi jalannya menurun.

Berdasarkan pengalaman yang dijumpai selama ini, kecelakaan justru lebih banyak terjadi pada kendaraan yang berangkat dari Solok menuju Padang karena rem blong sehingga tak sedikit yang akhirnya berakhir di jurang atau menabrak tebing perbukitan.

Jika hujan turun dengan deras maka ancaman lain yang menghantui pengemudi di Sitinjau Laut adalah longsor karena berada di area perbukitan pada sejumlah titik menjadi rawan longsor.

Tidak hanya itu, selepas Panorama I tanjakan berikutnya yang juga harus ditaklukan adalah Panorama II dengan rute tanjakan yang panjang. Ibarat neraka jalanan, jika keterampilan mengemudi tak memadai, risikonya hanya satu, yakni celaka.

Topografi perbukitan kawasan Taman Hutan Raya Bung Hatta membuat jalur ini penuh dengan tanjakan dan turunan dan karena statusnya sebagai jalan nasional, jalur Sitinjau Laut ramai dilalui kendaraan mulai dari minibus, bus, hingga truk.

Menurut Usman, jika kendaraan prima dan muatan tidak melebihi daya angkut tak terlalu sulit untuk melewati Sitinjau Laut.

“Akan tetapi bagi mereka yang baru pertama kali memang ekstra waspada dan hati-hati,” katanya.

Ia menceritakan selama ini pengalaman melewati jalur tersebut salah satu kuncinya adalah kesabaran.

“Biasanya sesama sopir solidaritasnya juga tinggi, jadi kalau ada kendala akan saling bantu,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, sepanjang 2018 kecelakaan di Sitinjau Laut didominasi oleh truk. Kecelakaan tersebut mulai dari kendaraan yang hilang kendali, terperosok ke got, rem blong, masuk jurang, menabrak kendaraan lain, menghantam tebing, tertimpa material longsor dari perbukitan, hingga kendaraan yang terbakar.

Salah satunya, pada Desember 2018 terjadi longsor yang materialnya menimpa satu bus, truk, dan minibus hingga terseret ke pinggir jurang dan membuat lima orang luka-luka serta satu orang meninggal dunia.

Pembangunan Jembatan

Pakar transportasi publik Universitas Andalas (Unand) Yosyafra, Phd. menilai pembangunan jembatan di Panorama I dan II di kawasan Sitinjau Laut merupakan solusi mengatasi beratnya jalur tersebut.

“Jalur Sitinjau Laut masuk salah satu yang terberat di Indonesia, tidak semua sopir kendaraan besar bisa melewatinya, apalagi derajat kemiringan lebih dari delapan persen sehingga salah satu solusi adalah membangun jembatan di Panorama I dan II,” kata dia

Dia mengatakan rencana untuk membangun jembatan di Panorama Sitinjau Laut sudah diapungkan sejak lima tahun terakhir karena jalur yang ada sekarang dinilai cukup berat bagi kendaraan besar.

“Desainnya sudah selesai, kajian lingkungan juga sudah, mudah-mudahan tahun ini bisa dikerjakan,” kata dia.

Ia menilai jika jembatan selesai akan memudahkan kendaraan berat yang kelebihan dimensi dan muatan.

“Selama ini kerap terjadi kecelakaan karena derajat kemiringan jalan yang tinggi serta kendaraan yang lewat melebihi ukuran dan muatan,” ujarnya.

Yosyafra mengatakan kalau kendaraan kelebihan muatan susah menanjak dan kalau kelebihan dimensi sulit berbelok di tikungan tajam.

Secara standar jalan, saat ini kawasan Sitinjau Laut sudah memenuhi standar jalan nasional dengan lebar minimal delapan meter.

Ia juga menyoroti permukaan jalan yang saat ini dari beton kecenderungannya lebih mudah aus oleh ban kendaraan sehingga perlu diperkasar permukaannya.

“Dengan demikian kendaraan berat seperti truk yang membawa minyak kemudian tumpah akhirnya jalan lebih licin,”

katanya.

Ia menilai persoalan di Sitinjau Laut cukup kompleks mulai dari kecelakaan yang sering terjadi, kendaraan tidak mampu menanjak, hingga rem blong saat turun.

Untuk pembangunan jembatan tersebut, ia menyampaikan desainnya menggunakan jalur baru, sedangkan jalur lama tetap digunakan.

“Jadi konsepnya sama dengan Jembatan Kelok Sembilan yang menyediakan dua pilihan jalan, yaitu jalan lama dan jembatan baru,” katanya.

Ia mengimbau pemerintah provinsi perlu mendesak pemerintah pusat agar pembangunan jembatan ini cepat direalisasikan.

“Apalagi Kota Padang berkepentingan karena jika sejumlah jalur putus mulai dari ke Bukittinggi, Solok, dan Pesisir Selatan maka bisa terisolasi,” kata dia.

Jalur Sitinjau Laut merupakan salah satu jalan utama yang menghubungkan Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi.

Vitalnya keberadaan jalur ini seharusnya membuat pemangku kepentingan terkait segara menindaklanjuti solusi yang terbaik agar tidak ada lagi kecelakaan angkutan di jalur tersebut.

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘491803547646366’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

window.fbAsyncInit = function() {
FB.init({
appId : ‘558190404243031’,
xfbml : true,
version : ‘v2.5’
});
};

(function(d, s, id){
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) {return;}
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = “http://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v2.8&appId=558190404243031”;
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita

Pemborosan dalam Reformasi Birokrasi – Fadli Zon

Fadli Zon Usul Provinsi Sumbar Ganti Nama Jadi Minangkabau

[ad_1]

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai keputusan Presiden Jokowi yang menetapkan regulasi terkait sejumlah posisi wakil menteri aneh. Termasuk dengan hadirnya Perpres Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur soal Wamendikbudristek.

Fadli menilai upaya yang dilakukan Jokowi termasuk pemborosan. Apalagi jika regulasi tersebut demi mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan.

“Kalau menurut saya agak aneh, ya. Banyak sekali wakil-wakil menteri padahal wakil-wakil menteri itu, kan, mestinya dibatasi hanya memang kementerian yang membutuhkan saja,” kata Fadli, Senin (2/8).

“Jumlah menteri, kan, sudah dibatasi dengan UU yaitu 34 menteri. Jadi wakil menteri itu, ya, bukan menteri. Jadi, ya, kalau menurut saya ini pemborosan di dalam perbaikan institusi kita atau reformasi birokrasi kita terlalu banyak,” tambahnya.

Dia lantas menyinggung soal keinginan Jokowi untuk melakukan perampingan birokrasi. Sehingga hadirnya regulasi yang mengatur soal posisi wakil menteri ini malah semakin tak konsisten.

“Dulu, kan, Pak Jokowi ingin ada perampingan, tapi ini semakin melebar. Ada wamen, ada stafsus, dan segala macam gitu, ya. Ini menurut saya jelas pemborosan uang negara. Kalau menurut saya ini lebih banyak pada akomodasi politik gitu, ya,” katanya.

Sejauh ini, posisi wamen di sejumlah kementerian dianggap tak perlu. Sebab ada pejabat eselon yang bisa membantu tugas-tugas seorang menteri.

“Ada menurut saya, kan, ada dirjen, ada direktur, dan sebagainya. Perangkat begitu besar jadi mestinya bagaimana institusi ini dibuat benar gitu, dibuat rapi, dan benar,” ujarnya.

Bagi Fadli, keputusan untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan jabatan bisa merusak birokrasi yang ada di Indonesia.

“Itulah kesan yang muncul di masyarakat dan itu menurut saya akan merusak birokrasi, merusak reformasi birokrasi, merusak tatanan yang sudah ada,” pungkasnya.

Saat ini sudah ada 14 wamen yang ada di kementerian Jokowi. Sementara itu, Jokowi sudah meneken perpres yang memutuskan ada wamen di 5 kementerian lain. Tapi, hingga saat ini, posisi wamen di 5 kementerian itu belum diisi.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Kita Tunggu Sampai Sore! – Fadli Zon

Sumbangan Rp 2T Akidio Tio Muara Kebohongan? Fadli Zon: Kita Tunggu Sampai Sore!

[ad_1]

Nama Akidi Tio belakangan menjadi topik perbincangan hangat masyarakat Republik Indonesia usai keluarga besar dan ahli warisnya mengklaim akan menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pada awal isu tersebut berkembang, banyak tanggapan positif dari masyarakat mengingat nilai yang akan disumbangkan cukup fantastis. Namun belakangan, sejumlah pihak termasuk politisi Fadli Zon menduga dan menilai jika kabar tersebut hanya isapan jempol

Melansir akun twitter pribadinya @Fadlizon, politisi Partai Gerindra itu memposting sebuah unggahan yang isinya merujuk pada artikel Kompas dengan judul ‘Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat’ disertai caption yang cukup menohok.

“Hari masih pagi, mari kita tunggu sampai Senin sore nanti apakah masuk sumbangan Rp 2T. Kalau masuk berarti ini semacam mukjizat. Kalau ternyata bohong, bisa dikenakan pasal-pasal di UU No.1 tahun 1946,” cuit Fadli Zon, Senin (2/8/2021).

Keraguan Fadli akan kabar tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, dari sumber artikel yang ditulis oleh Hamid Awaluddin yang Fadli cantumkan dalam cuitannya, disebutkan bahwa sosok Akidi Tio tidak memiliki jejak yang jelas sebagai seorang pengusaha.

Bahkan dalam sejumlah isu sebelumnya, terkait dugaan harta, janji investasi, dan bualan sumbangan menghebohkan dalam tulisan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia tersebut, seluruhnya bermuara pada kebohongan.

Suarapakar.com - Sumbangan Rp 2T Akidi Tio

Meski tulisan artikel itu masih sebatas opini, namun sangat layak dipertanyakan apakah Akidi Tio memang memiliki kekayaan fantastis sebanyak itu sehingga mampu menyumbangkan dana senilai Rp 2 Triliun untuk bantuan PPKM?

Senada namun tak sama dengan Fadli Zon, Menkopolhukam Mahfud MD meeminta semua pihak untuk menanggapi kabar tersebut dengan positif dan berharap dapat terealisasi.

“Ini perspektif dari Hamid Awaluddin ttg sumbangan Rp 2 T dari Akidi Tio. Bagus, agar kita tunggu realisasinya dgn rasional,” tulis Mahfud di Twitter, Senin (2/8/2021).

Namun demikian, ia juga memberikan pengakuan jika sebelumnya pernah membuat tulisan terkait pihak yang meminta fasilitas dari Negara untuk mencari harta karun yang nantinya akan disumbangkan kembali ke Negara. Adapun pada faktanya, kabar tersebut tak dapat di validasi.

“Sy jg prnh menulis ada orng2 yg minta difasilitasi utk menggali harta karun dll yg akan disumbangkan ke negara. Tp tak bs divalidasi,” beber Mahfud lagi.

Sebelumnya, keluarga dan ahli waris Akidi Tio disebutkan akan menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID. Sumbangan itu sendiri telah diterima secara simbolis oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri pada Senin (26/7/2021).

Kabarnya uang sumbangan senilai Rp 2 Triliun itu akan masuk pada Senin (2/8/2021). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi baik dari Polda Sumsel maupun pihak keluarga Akidi Tio.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Berita

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI – Fadli Zon

Fadli Zon Koreksi Baliho Puan Maharani, Disebut Tidak Sesuai dengan KBBI

[ad_1]

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon memberikan koreksi terhadap baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang bertebaran di berbagai penjuru Indonesia.

Fadli mengoreksi penulisan diksi yang terdapat dalam narasi di baliho Puan yang menurutnya terdapat kesalahan.

“Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli dalam cuitan di Twitter, Senin, 2 Agustus 2021.

Adapun Fadli memberikan koreksi terhadap penulisan kata ‘kebhinnekaan’ yang menurutnya tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu ‘kebinekaan’ bukan ‘kebhinnekaan’. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi,” tulis Fadli.

Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari ‘Kebinekaan’ sesuai dengan koreksinya terhadap baliho Puan Maharani.

“‘Kebinekaan’ artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu,” lanjutnya.

“Unity in diversity, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dlm serat ‘Kakawin Sutasoma’ karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap perbedaan, tapi persatuan.” jelasnya.

Seperti diketahui, baliho-baliho raksasa Puan Maharani bertebaran di berbagai penjuru Indonesia beberapa waktu belakangan dan kini semakin bertambah jumlahnya.

Berkaitan itu, pihak PDIP sebelumnya sudah mengungkapkan alasan baliho dan billboard Puan dipasang di berbagai tempat di Indonesia.

Menurut Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Hendrawan mengatakan bahwa pemasangan baliho Puan adalah bentuk kegembiraan karena putri Megawati Soekarnoputri itu adalah perempuan pertama yang memimpin DPR.

“Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” ujar Hendrawan.

Sumber

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer