Connect with us

covid-19

Pasar Ekraf Payakumbuh Berikan Peluang Bagi Pelaku Kuliner Tradisional Saat Pandemi Covid-19 – siarminang.net

Pasar Ekraf Payakumbuh Berikan Peluang Bagi Pelaku Kuliner Tradisional Saat Pandemi Covid-19 – Beritasumbar.com

[ad_1]

Payakumbuh, siarminang.net – Pasar ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat tidak hanya untuk promosi wisata, tapi juga berdampak kepada pelaku kuliner tradisional yang ambil andil di kegiatan tersebut di tengah pandemi COVID-19.

Ketua Pelaksana Pasar Ekraf dari Masyarakat Peduli Seni dan Budaya (MPSB) Kota Payakumbuh Deni Rianto di Payakumbuh, Kamis mengatakan terdapat 10 pelaku kuliner tradisional minang dari 10 nagari di Payakumbuh yang diikutsertakan dalam pasar Ekraf ini.

“Seluruh makanan dari 10 usaha kuliner ini disediakan gratis dari Sabtu hingga Minggu. Semua makanan itu dibiayai oleh anggaran pelaksanaan. Mudah-mudahan ini berdampak positif kepada pelaku kuliner tradisional ini,” ujarnya didampingi Ketua MPSB Payakumbuh Afrizal.

Ia mengatakan pelaksanaan kegiatan Pasar Ekraf merupakan tantangan di tengah pandemi COVID-19 bagaimana mengondisikan penonton yang hadir, mengonsep acara, hingga bagaimana promosi wisata dan budaya dapat terlaksana dengan baik.

“Alhamdulillah kami MPSB Kota Payakumbuh berhasil mengajukan proposal yang dapat memenuhi permintaan Pemprov Sumbar. Kami konsep acara tersebut sedemikian rupa dengan menghadirkan pelaku seni Gamaik se-Sumatera Barat, pelaku seni tradisi se-Luak Limopuluah dan pelaku kuliner tradisional minang dari 10 nagari di Payakumbuh,” ujarnya.

Ia mengatakan acara ini dikonsep agar mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19, konsep pasar ekonomi kreatif ini adalah bagaimana mempromosikan kuliner tradisi dan kesenian tradisi Minangkabau yang ada di tengah pandemi COVID-19.

“Tetap bisa menampilkan hiburan masyarakat seperti seni gamaik yang penampilannya langsung didatangkan perwakilan kelompok seni se-Sumatera Barat. Ada lagi pertunjukan saluang, randai, dan tari-tarian minang ditambah dengan disediakan booth makanan tradisional terdiri dari 10 kenagarian di Kota Payakumbuh. Seluruh kuliner yang disediakan gratis bagi pengunjung,” katanya.

Acara pasar Ekraf pada Senin, Selasa dan Rabu akan tampil penampilan seni gamaik, sementara itu di hari Kamis kegiatan diliburkan. Pada Jumat tampil seni tradisi. Kemudian panitia menyiapkan kembali pada akhir pekannya di hari Sabtu dan Minggu untuk gelaran produk makanan dan kuliner tradisional dengan diselingi hiburan seni tradisi yang ada di Luak Limopuluah.

Protokol kesehatan ketat yang diberlakukan membatasi jumlah pengunjung yang hadir saat pelaksanaan acara, mengacu kepada Perda Nomor 6 Tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru.

Pengunjung wajib memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Di lokasi acara panitia sendiri telah mengatur tempat duduk pengunjung, menyediakan alat pengukur suhu dan tempat mencuci tangan.

Untuk itu dapat menghadiri panitia menyediakan formulir daring bagi pengunjung, yakni https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdGQN2qLnmKhti9QzLthZ1Bv5qOJTPg6jKgz8crgw-6hamFig/viewform

Sebelumnya Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar Novrial mengatakan Pemprov Sumbar menggelar Festival Ekraf yang bersumber dari dana APBD Provinsi Sumbar, hasil re-format anggaran-anggaran penyelenggaran ekonomi kreatif yang awalnya akan diadakan secara konvensional sebagaimana biasa.

“Penyelenggaran Festival Ekraf diubah polanya dengan tambahan mengedepankan protokol kesehatan, namun tanpa penonton. Karena yang akan kita tuju sebetulnya adalah konten-konten promosi berupa campuran aktifitas Ekraf dengan objek wisata ikonik,” ujarnya.

Di Payakumbuh, Pasar Ekraf digelar dari tanggal 14 November hingga 13 Desember 2020 di Agam Jua Art and Culture Cafe dan pelaksana kegiatan tersebut adalah Komunitas atau organisasi masyarakat (Ormas) Masyarakat Peduli Seni dan Budaya (MPSB) Kota Payakumbuh.

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya
Click to comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

beritasumbar

Target Vaksinasi Melebihi Penduduk, Dinkes Padang Panjang Pertanyakan Data Pemprov Sumbar – siarminang.net

Target Vaksinasi Melebihi Penduduk, Dinkes Padang Panjang Pertanyakan Data Pemprov Sumbar – Beritasumbar.com

[ad_1]

Padang Panjang, siarminang.net – Pelaksanaan vaksinasi tahap II yang menyasar petugas publik, Pemrov Sumbar  memberikan target kepada Pemko Padang Panjang  dengan sasaran sebanyak 59.516 orang.

Target tersebut melebihi melebihi jumlah penduduk yang hanya 56.311 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk (SP) 2020.

“Data ini tidak realistis. Sudah kita konfirmasi dan pertanyakan ke Dinas Kesehatan Provinsi. Jawaban yang kita dapat, data berasal dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN),” jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Nuryanuwar, Rabu (3/3).

Jumlah sasaran sebanyak 59.516 itu, sebutnya sama persis jumlahnya dengan sasaran untuk Kota Padang yang notabenenya adalah ibukota provinsi dengan jumlah penduduk mencapai satu juta kurang, atau persisnya 909.040 berdasarkan hasil SP 2020.

Merujuk kepada data BPS, 56.311 jiwa warga Padang Panjang sudah masuk semua kelompok umur. Mulai dari 0 tahun sampai ke 75 tahun ke atas.

Sementara dalam vaksinasi, kelompok 0-18 tahun belum dapat dijadikan sebagai sasaran vaksinasi.

Pemkot Padang Panjang akan mengupayakan data ini terkonfirmasi ke pusat dan diubah sesuai dengan angka riil sasaran yang sebenarnya. “Karena kalau untuk vaksinasi pelayan publik, jumlahnya hanya ribuan, tidak mencapai puluhan ribu,” katanya.

Ia menjelasakan untuk vaksinasi pelayan publik ini Padang Panjang hanya diberi jatah vaksin 6.500 dosis untuk 3.250 sasaran dari TNI/Polri, ASN dan BUMN/BUMD.

Targetnya, selama Maret 2021 ini, vaksinasi tahap II tuntas dan baru fokus ke tahapan berikutnya dengan sasaran lanjut usia. Untuk vaksinasi lanjut usia, berdasarkan data rilis KPCPEN, Padang Panjang ditarget sasaran sebanyak 4.882 orang. (Rel)

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

covid-19

Pasien Positif COVID-19 di Payakumbuh Hari ini Bertambah Delapan Orang – siarminang.net

Pasien Positif COVID-19 di Payakumbuh Hari ini Bertambah Delapan Orang – Beritasumbar.com

[ad_1]

Payakumbuh, siarminang.net – Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh mencatatkan ada penambahan delapan kasus positif COVID-19 baru di daerah itu pada Rabu (2/12). Penambahan kasus tersebut juga diikuti dengan sembuhnya enam pasien positif.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, Bakhrizal mengatakan bahwa saat ini perkembangan kasus COVID-19 di Payakumbuh relatif menurun dan masih terkendali.

“Penambahan hari ini (Rabu) ada penambahan delapan kasus dan yang sehat itu ada enam pasien. Penambahan kasus dalam beberapa waktu terakhir masih terkendali,” kata Bakhrizal, Rabu (2/12).

Ia mengatakan saat ini Payakumbuh masih tercatat masuk ke zona kuning atau daerah dengan resiko rendah. Paling tidak zona ini akan bertahan sampai dengan 5 Desember mendatang.

Hingga saat ini total kasus positif COVID-19 di Payakumbuh sebanyak 553 kasus dengan delapan orang diantaranya dinyatakan meninggal.

“Kalau pasien positif COVID-19 yang sembuh sebanyak 471 orang atau jika dipersentase kan itu sudah di atas 80 persen, mudah-mudahan kasus sembuh terus meningkat,” ujarnya.

Ia mengatakan kluster dari seluruh jumlah kasus positif tersebut sudah beragam, mulai dari kluster ASN, perkantoran hingga kluster masyarakat yang penyebarannya didominasi karena kontak langsung dengan pasien positif COVID-19.

“Bersyukurnya, saat ini tingkat kesadaran masyarakat memeriksakan diri setelah kontak dengan pasien positif sudah tinggi. Sehingga juga memudahkan kami dalam melacak kontak,” ujarnya

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

covid-19

Pandemi Covid-19 Dapat Mengancam Penurunan Populasi Hiu? – siarminang.net

Pandemi Covid-19 Dapat Mengancam Penurunan Populasi Hiu? – Beritasumbar.com

[ad_1]

Oleh: Nada Julista. S – Mahasiswa Biologi FMIPA Unand

Selama pandemi Covid-19 ini, tentunya kita dihadapkan dengan pencarian solusi terkait masalah ini dengan berbagai upaya penelitian, terutama untuk penelitian vaksin Covid-19. Berbagai kandidat dari berbagai negara berpacu untuk memformulasikan vaksin ini yang tentunya melalui berbagai tahap uji klinis sebelum dapat diperbanyak dan disebarluaskan.

Lalu, apa hubungannya dengan menurunnya populasi hiu? Ya, tentu saja ini berhubungan. Telah diketahui bahwa 5 dari 42 kandidat vaksin Covid-19 ini menggunakan senyawa squalene yang berasal dari organ hati hiu. Penggunaan hiu ini tentunya menambah angka penurunannya yang bahkan sebelum pandemi ini telah hilang sebesar 90% dari jumlah yang pernah ada dalam sejarah. Kita tahu bahwa alam bekerja dalam prinsip keseimbangan, sehingga terganggunya salah satu komponen akan menghasilkan implikasi yang luas. Sebagian besar kita tidak akan memperdulikan hal ini sebelum dampaknya kita rasakan di waktu mendatang. Untuk itu, muncul tidaknya dampak tersebut bergantung kepada kita, karena ini adalah masalah kita bersama.

Menurut New York Times, squalene adalah senyawa kimia yang menginisiasi kerja sistem imun dan menstimulasi proteksi dalam tubuh sehingga tubuh lebih tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu senyawa ini juga digunakan untuk vaksin Malaria, vaksin Flu, dan pada produk kosmetik, seperti tabir surya. Dari kegunaan senyawa tersebut dapat kita simpulkan bahwa pemakaian squalene ini sudah berlangsung sebelum adanya pandemi Covid-19 ini, yang berarti tingkat kerentanannya akan menurunnya jumlah populasi hiu tentu meningkat dengan bertambahnya kebutuhan akan senyawa ini untuk diformulasikan pada vaksin Covid-19.

Tentunya hal ini tidak dapat dibiarkan. Karena kebutuhan squalene ini untuk vaksin Covid-19 tidak sedikit, dimana untuk menghasilkan 1 ton squalene dibutuhkan 3000 individu hiu untuk diisolasi organ hatinya. Dan ahli konservasi telah menyatakan sekitar 500.000 hiu telah dibunuh untuk keperluan vaksin ini.

Lalu tentunya untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di dunia akan cukup mengakibatkan pengurangan populasi ini secara besar-besaran bahkan punah, miris sekali. Bukan hanya itu, hal ini dapat merusak habitat hiu dan tentunya dengan pengurangan keberadaan hiu yang tajam ini akan berdampak pada rantai makanan di ekosistem laut. Menurunnya suatu populasi di suatu ekosistem dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem terkait dengan rantai makanan di ekosistem tersebut.

Menurut jurnal Science yang berjudul Trophic Downgrading of Planet Earth (2011), populasi hiu telah berkurang hingga 90% dari jumlah yang pernah ada dalam beberapa dekade. Tidak hanya itu, serigala bahkan hampir punah. Singa yang pada awalnya berjumlah 450.000 individu menurun menjadi 20.000 individu dalam 50 tahun. Dan ini merupakan masalah kita bersama. Dengan menurunnya predator-predator puncak diatas, tentunya dapat menyebabkan perubahan ekosistem dunia secara drastis.

Seberapa besar dampak dari penurunan hingga punahnya predator puncak pada ekosistem dapat kita lihat pada hewan serigala yang sempat punah di kawasan Amerika. Punahnya serigala lokal tersebut mengakibatkan rusa bertumbuh secara liar, melahap vegetasi (pohon Aspen dan Willow muda).

Bukan hanya itu, mereka juga menghancurkan vegetasi sungai yang menyebabkan menurunnya jumlah burung dan berang-berang serta meningkatkan erosi tanah akibat kurangnya naungan dari pohon di tepi sungai. Contoh lainnya adalah menurunnya jumlah populasi macan tutul dan singa di kawasan Afrika yang menyebabkan populasi baboon menjadi berlimpah. Hal ini mengakibatkan baboon menginvasi populasi manusia. Dan yang lebih mengejutkan lagi, baboon ini membawa parasit usus kepada populasi manusia.

Dan tentunya pengaruh dari menurunnya populasi hiu juga telah diamati oleh para peneliti. Dengan menurunnya jumlah populasi hiu menyebabkan melimpahnya populasi ikan duyung (herbivora). Akibatnya, padang rumput laut hancur oleh ikan duyung yang tumbuh secara liar yang tentunya merusak keseimbangan ekosistem dan terganggunya rantai makanan pada ekosistem laut sehingga ikan duyung harus mencari alternatif lain setelah kehancuran padang rumput laut. Tidak hanya ikan duyung saja yang bergantung pada rumput laut, tetapi juga hewan lain seperti penyu, hiu martil, dan bahkan hiu kepala sekop (Bonnethead) meski masih dalam penelitian.

Dengan dampak yang telah muncul belakangan ini, sebaiknya kita dapat memulai upaya perbaikan dan pengawasan terkait hal ini. Kita dapat upayakan dari hal-hal yang dekat dengan kita, misalnya dengan menyosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya konservasi sumber daya ikan yang diatur dalam UU RI No. 45 tahun 2009. Karena pada kebanyakan kasus, para pelaku tidak memiliki pemahaman akan dampak yang ditimbulkan di waktu yang akan datang. Dengan demikian, maka akan timbul rasa kesadaran akan pentingnya eksistensi suatu jenis makhluk hidup terhadap ekosistem.

Kemudian, mungkin kita dapat mengupayakan penggunaan alternatif lain untuk semua produk yang menggunakan bahan dari hiu ini, jika memungkinkan dapat dikembangkan dalam bentuk sintetis. Kita sebaiknya menggunakan bahan lain yang jumlahnya masih berlimpah dan dapat digunakan secara berkesinambungan. Kita juga dapat menghindari mengonsumsi produk berbahan hiu ini untuk mendukung menurunnya kegiatan ilegal yang hanya memikirkan keuntungan pribadi saja. Dan yang terakhir, tidak memandang hewan ini sebagai hewan yang mengancam bagi manusia, sehingga kegiatan pembunuhan secara besar-besaran tidak dapat terjadi lagi.

[ad_2]

Sumber

Baca Selengkapnya

Populer